Tak berapa lama Bang Juan mengetuk
pintu dan mengajak turun. Aku bersama Cece Lenny langsung turun, mengambil helm
dan pergi menuju Pasar Sangkal Putung yang lokasinya tak jauh dari hotel.
Perjalanan menuju pasar ditemani semilir angin yang dingin. Cilacap ketika aku
datang pagi hari mencapai suhu 18
derajat celcius, dingin untuk wilayah pesisir dan jika siang tidak panas sekali
cenderung sejuk.
Lima menit berlalu, kami pun
tiba di pasar, langsung memarkirkan
motor dan masuk ke dalam pasar. Pemandangan lazim disetiap pasar ya keramaian
warga yang sedang berbelanja, aku berjalan kearah lokasi jajan pasar, aku
membeli getuk dan talam cukup membayar Rp.5.000,- , lalu Bang Juan membeli sate
ayam lengkap dengan lontong Rp. 10.000,-, tak ketinggalan Cece Lenny membeli
donat 5 dengan harga Rp.5.000,-, belum puas kami masih membeli lanting satu
ikat bamboo Rp.2,500,-, dan kami minum jamu
tradisional supaya sehat dengan harga Rp.10.000,-.
Lepas jajan kami kembali ke
lokasi parkiran dan duduk-duduk menikmati getuk sambil melihat lalu lalang
warga selesai berbelanja, sementara Cece Lenny sibuk berbincang dengan seorang
anak yang yang berjualan komang-komang. Lalu kami kembali menuju hotel, Cece dan
Lichun akan kembali ke Purwokerto lebih awal karena kan meneruskan perjalanan
ke Semarang, sedangkan aku dan Bang Juan memilih stay lebih lama dan akan
kembali sore hari.
Jam sudah menujukkan pukul
09.00 pagi, Cece berpamitan padaku untuk kembali ke Purwokerto, karena saat itu
posisiku sedang mandi jadi hanya lewat pintu kamar mandi, pesan aku hanya
hati-hati diperjalanan. Selepas mandi dan beberes ransel aku mengetuk kamar
Bang Juan untuk memberikan ransel dan berpesan akan jalan kembali jam berapa.
Ika : “Bang Juan, akan jalan jam berapakah?”,
Bang Juan : “Sekitaran jam 11 yak, ntar sekalian
makan siang baru balik ke Purwokerto”,
Ika : “Siap, aku sudah beberes semua barang yaa
tinggal Bang Juan masukin baju-baju ke Ransel”,
Sambil menunggu jam 11.00 aku
leyeh-leyeh ditempat tidur sambil menonton televisi, hampir saja ketiduran
hahaha :D, menjelang Dzuhur aku ajak Bang Juan untuk check out, tapi sebelumnya
aku meminta izin untuk melihat-lihat Stasiun Cilacap yang memang persis
lokasinya didepan hotel. Kami berfoto bergantian di stasiun ini, kemudian
menuju hotel mengambil ransel dan pamit untuk check out.
Motor melaju dengan santai
sambil melihat-lihat, sambil kami berpikir akan makan apa siaang ini, tentu aku
sambil mencari narasumber makanan khas Cilacap via google. Dapatlah tahu masak,
namun info yang kami dapat tahu masak
tersebut bukannya sore hari. Hingga kami berputar-putar dahulu melewati
alun-alun, kemudian memarkirkan motor disebuah Klenteng dan meminta izin apakah
boleh memotret.
Bang Juan : “Ibu, apakah boleh memoret?”,
Ibu :”Boleh, hanya diluar saja”,
Bang Juan : “Baik , Bu”,
Setelah memoret kami pun
berjalan-jalan disekitarnya dan tak segan aku meminta tolong Bang Juan untuk
memoret ku didepan sebuah Rumah Makan Parapatan “Sien Hieng”, nampak legend
rumah makan tersebut. Aku sempet berbisik ke Bang Juan.
Ika : “Bang Juan, makanan disini yuk?, tapi aku
tanya dulu apakah halal”,
Bang Juan : “iya”,
Tak berapa lama ada mbak
berhijab keluar pintu yang ternyata pekerja disana. Lalu Bang Juan bertanya",
Bang Juan : “Mbak, apakah rumah makan ini halal?”,
Mbak RM : “Campur Mas”,
Ika : “Ndak usah ya Bang”,
Bang Juan + Ika : “Kami
mengucapkan terima kasih ke Mbak tersebut”,
Selepas itu kami beranjak
menuju Klenteng untuk mengambil motor dan mencari tahu masak, dapatlah tak jauh
dari Pasar Gede, kami melihat gerobak bertuliskan “Tahu Masak Bu Yati”, kami
lalu berputar arah menuju gerobak tersebut sambil melihat es dawet yang
lokasinya tak jauh, memarkir motor lalu aku memesan satu porsi tahu masak untuk
di makan berdua Bang Juan, kenapa cuma satu pesannya?, karena masih ada makanan
lain yang akan kami coba.
 |
Es Dawet |
 |
Tahu Masak |
 |
Penampakan Tahu Masak, hmmmm Yummy.. |
 |
Lotek terdiri dari bayam, kecambah, pepaya serut muda |
 |
Lotek lengkap dengan bumbu kacang dan mendoan |
Mencicipi tahu masak yang
enak, sambil bertanya bumbu-bumbu ke Bu Yati, tahu masak terdiri dari tahu yang
goreng, lalu bumbu bawang putih, cabe, sedikit kacang tanah diulek hingga halus
serta diberi air dan sedikit perasan jeruk nipis, kemudian tahu dipotong-potong lalu diletakan dipiring
diberi kecambah dan kubis yang telah diiris, bawang goreng dan kemudian kerupuk
plus satu tempe mendoan, Selamat Menikmati!. Cukup kenyang makan tahu masak dan
es dawet, lalu membayar ke Bu Yati seporsi tahu masak dan mendoan Rp.10.500,- /porsi
untuk es dawet harga Rp.5.000,-/gelas, lalu berpamitan ke Bu Yati dan mendapat
pesan untuk selalu berhati-hati dijalan. Terima kasih bu.
 |
Lutis = Rujak Buah |
 |
Es Podeng Pak Somat |
 |
Penampakan Lutis |
Kami masih saja berkeliling
Cilacap untuk mencari jajanan selanjutnya, yang sedari kami lewat rame terus
tepatnya tak jauh didepan sebuah apotik dan Bank BCA ada es podeng dan lutis
yang pembelinya saja mengantri. Kami langsung berhenti, Bang Juan membeli es
podeng aku memesan lutis. Aku harus menunggu lumayan lama karena mengantri
begitu juga dengan Bang Juan. Lutis satu porsi Rp.10.000,- segar cocok dimakan
saat panas dengan buah-buah segar seperti papaya, semangka, nangka, timun,
bangkoang, untuk es podeng Pak Somat ini terbaik sepanjang masa aku makan ini,
karena enak, esnya lembut, santannya meresap kedalam es serta menyatu dengan
roti, alpukat dan susu coklat, kamu harus coba kalau mampir di Cilacap. Beristirahat
sambil jajan sebelum lenjutkan perjalanan menuju Purwokerto.
Jam sudah menunjukkan pukul
13.00, kami pun menyudahi makan lutis dan berkemas menuju Purwokerto.
Perjalanan butuh waktu satu jam akhirnya kami tiba di Rawalo, Banyumas melihat
sebuah sungai dengan jembatan yang indah, aku minta Bang Juan untuk istirahat
di warung makan sambil menunggu kereta lewat.
 |
Sungai Serayu |
 |
Sungai Serayu |
 |
Sungai Serayu |
 |
Kereta Api dan Jembatan |
Turun dari motor, memesan
sepiring pecel dan dua teh manis lalu menitipkan tas. Aku dan Bang Juan akan
bersantai di tepi sungai sambil berfoto, menunggu kereta lewat serta menerbangkan
drone. Bahagia rasanya begitu kereta lewat aku ambil kamera dan membidiknya.
Siang itu suasana sudah mulai sore, udara sangat sejuk untuk duduk berlama-lama,
melihat persawahan menghijau, menikmati
terpaan angin dan sungai Serayu yang tenang tapi menghanyutkan.
Kalau saja Bang Juan kala itu
tidak menyampaikan suatu pesan kepadaku, mungkin aku belum ingin beranjak dari
sana.
Bang Juan :” Mbak, airnya tenang yak?”,
Ika : “Iya Bang, sejuk sama terpaan anginnya”,
Bang Juan : “Aku parno sama sungai yang tenang,
tetiba muncul buaya”,
Ika : “tanpa menjawab aku langsung bangun
bergegas mengambil tas dan kembali ke warung tempat aku menitip tas",
 |
Pemandangan Sekitar Sungai Serayu |
 |
Persawahan |
 |
Bang Juan menerbangkan drone |
Setelah berkemas, membayar
jajan lalu berpamitan ke pemilik warung, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju
rumah Kak Olipe. Sampai Jumpa Cilacap!!,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar