Assalamulaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pagi ini pukul 08.00 hari kedua
di Phnom Penh saya dan Janson dijemput oleh Mr. Nara, driver tuk – tuk hostel
yang baik hati dan cakap berbahasa Inggris untuk berkunjung ke S21 Tuol Sleng
Genocide Museum, Russian Market, Killing Field. Saya sudah sepakat membayar
USD18, tuk – tuk beliau murah dibanding dengan yang lainnya. Saya sambil
sarapan roti diatas tuk – tuk dan minum susu kemasan yang semalam dibelikan
oleh Janson. Perjalanan dimulai menuju museum, pakailah masker karena banyak
sekali debu disini.
Kalau mengingat pelajaran
sekolah, pasti pernah mendengar dengan kekejaman Khmer Merah pada masa itu
tahun 1975 – 1979 dibawah Pimpinan Pol Pot. Cambodia yang beribukota Phnom Penh
ini merupakan saksi bisu kejadian tersebut. Masih ada luka lama yang sangat
menyayat hati atas peristiwa tersebut,
masa lalu yang akan selalu terkenang untuk masyarakat disini. Untuk
kalian yang akan berkunjung kesini saya sarankan untuk menyiapkan mental jauh –
jauh hari sebelum datang, jika tidak siap mental lebih baik tidak usah masuk
museum. Tiket masuk Museum ini USD2 dan Guide USD6.
Sejarah S21 Tuol Sleng Genocide Museum
Museum Genosida Tuol Sleng,
merupakan museum yang
terletak di Phonm Penh, Cambodia. Tempat ini merupakan sebuah Kamp Konsentrasi pada masa rezim Komunis Khmer Merah yang pada
masa itu berkuasa. Kamp Konsentrasi ini di bangun oleh Pol Pot, pemimpin
dari Khmer Merah untuk
menyingkirkan orang - orang yang tidak sepaham dengannya. Nama Tuol Sleng sendiri merupakan Bahasa Khmer yang
berarti "Bukit Pohon Beracun".
Tuol Sleng merupakan bekas "Sekolah Tuol Svay Prey
Secondary School". Pada masa rezim Khmer Merah berkuasa
areal sekolah yang terdiri atas empat gedung
bertingkat terdiri dari Gedung A, B, C, D. Ada tiga gedung yang dijadikan sebagai penjara dan tempat intograsi para tahanan. Kehidupan di sel pun sangat kejam, bahkan tahanan
diminta untuk memakan dan meminum kotorannya sendiri, banyak sekali yang
terkena penyakit kulit, seperti kurap, kutu dan lain – lainnya.
Gedung A sebagai
tempat penyiksaan tahanan, Gedung B sebagai sebuah tiang kayu
dengan tiga kerekan di atasnya, sementara di bawah terdapat gentong besar, dan
gedung D bisa melihat tengkorak para korban Khmer Merah.
Para Korban Tuol
Sleng diperkirakan 17.000 jiwa yang dilenyapkan selama Pol Pot berkuasa selama
4 tahun. Ada satu foto yang membuat saya tidak bisa menahan air mata, yaitu
Foto Ibu yang sedang memangku anaknya, tampak sedih dan tanpa ekspresi bahwa
akan menghadapi kematian untuk dirinya dan bayinya, miris sekali perasaanku.
Air mata mengalir tak henti Janson mengambilkan tisu lalu dia mengajakku untuk
keluar gedung . Masih banyak darah kering yang masih menempel di tembok –
tembok bangunan yang memang tidak bisa dibersihkan.
Ada beberapa
peraturan yang terpampang di Museum S21 berbunyi :
·
Anda harus menjawab sesuai pertanyaan saya. Jangan melawan.
·
Jangan mencoba untuk menyembunyikan fakta dengan mencari alasan ini-
itu. Anda dilarang keras untuk menantang saya.
·
Jangan berpura-pura tidak tahu jika Anda ditanya mengenai seseorang yang
berani menggagalkan revolusi.
·
Anda harus segera menjawab pertanyaan saya tanpa membuang-buang waktu.
·
Jangan memberitahu saya mengenai keburukan makna revolusi.
·
Meskipun mendapatkan cambukan atau disetrum listrik, Anda tidak boleh
menangis sama sekali.
·
Jangan berbuat sesuatu, diamlah dan tunggu aba-aba saya. Jika tidak
sedang diperintah, diamlah. Ketika saya meminta Anda untuk melakukan sesuatu,
maka Anda harus melakukannya langsung tanpa memprotes.
·
Jangan berkilah bahwa Anda adalah Kampuchea Krom (Bangsa Khmer) untuk
menyembunyikan rahasia ataupun pengkhianatan Anda.
·
Jika Anda tidak mengikuti semua aturan di atas, Anda akan mendapatkan
banyak cambukan kawat listrik.
·
Jika Anda tidak mematuhi semua peraturan saya, Anda akan mendapatkan
sepuluh kali cambukan atau lima kali disetrum listrik.
Dalam kesaksiannya
di Pengadilan Khmer Merah pada tanggal 27 April 2009, Duch mengaku 10
peraturan keamanan adalah fabrikasi dari pejabat Vietnam yang pertama kali memasang Museum Genosida Tuol Sleng.
Yang menjadi
pertanyaan saya adalah Siapa sih
sebenarnya Pol Pot itu, koq bisa kejam banget, sampai menyiksa saudaranya
sendiri, karena hampir 21% dari jumlah penduduk Cambodia tewas karenanya.
Mari kita tengok pigur singkat dari Pol Pot.
Bernama asli Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1925 di Kampung
Thom, merupakan anak ke kedelapan dari sembilan bersaudara dari pasangan Pen
Saloth dan Sok Nem. Dan memiliki saudara perempuan bernama Roeung yang menjadi
selir Raja Monivong. Hingga sekarang
bangunan empat blok īni dijadikan museum sebagai peringatan dan bukti betapa
kejam rezim Khmer Rouge yang diketuai Pol Pot waktu itu.
Selepas dari S21 Tuol Sleng Genocide Museum,
saya, Janson keluar gedung menuju tuk – tuk Mr. Nara untuk ke Russian Market. Saya melihat kain – kain sutera nan cantik disini dan harganya
murah, tapi saya tidak belanja hanya melihat – lihat saja. Bermacam macam
pernak – pernik yang dijual disini ada kaos
I Love Cambodia harga USD2, alas meja sulam satuannya USD3 dan lain – lainnya.
Melihat jam sudah menunjukkan pukul 11.20 saatnya untuk makan karena perut
sudah terasa perih sekali, sambil mencolek Janson yang sedang asik melihat kaos
I Love Cambodia yang akan dibelinya hehehe…Janson menawari saya apakah mau?
Tanpa menjawab dia sudah membayar 2 buah kaos seharga USD3 mau tidak mau saya
menerimanya. Makasih Janson.
Setelah membayar 2 kaos saya dan Janson
kembali menemui Mr. Nara yang sudah menunggu untuk mencari makan siang. Saya
minta tolong untuk diantarkan ke restaurant halal dekat waterfront, saya,
Janson dan Mr. Nara makan bersama, saya yang mengajak Mr. Nara untuk makan
bersama.Saya sudah meminta izin pada Janson, Alhamdulillah tidak keberatan
untuk makan bersama dengan Mr. Nara. Saya memesan menu Mee Hun Goreng, Sup Ikan,
Nasi, Sandwich untuk Janson, 3 teh tarik harga USD9.
Begitu makan selesai perjalanan dilanjutkan menuju Killing Field diantarkan oleh Mr. Nara beliau begitu senang diajak makan
bersama, menurut beliau saya dan Janson baik sekali tidak banyak tamu yang
seperti saya dan Janson menurutnya, mengingat Janson adalah bule. Saya
menyampaikan tidak semua seperti itu hehehe… Alhamdulillah dimanapun saya dan
Janson berada orang baik selalu ada. Terima kasih Ya Allah.
Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh..
Bersambung
Cambodia Day 4 : Killing Field