Selasa, 27 Desember 2016

Review Hotel Alila Jakarta

Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...

08-09 November 2015


Malam sahabat pejalan sebenarnya ini perjalanan setahun yang lalu diacara "Sosial Media Trip & Gathering" Kementerian Pariwisata 08-23 November 2015 ke 6 Provinsi di Indonesia dengan hastag #saptanusantara #pesonaindonesia.





Berdasarkan undangan yang saya terima meeting point di Hotel Alila Jakarta, karena saya menetap di Yogyakarta satu hari sebelum acara sudah tiba di Jakarta. Tiba di hotel jam 16.00 sore, saya langsung menuju panitia untuk absen dan ternyata disana sudah ada rekan - rekan lain ada Deta, Zacky, dan lain-lainnya. Setelah mendapat kunci saya langsung menuju kamar dan istirahat, karena selepas Magrib peserta berkumpul di lantai 2 untuk makan malam bersama di luar hotel. Saya sudah tahu lama tentang hotel ini, karena letaknya tepat di Pacenongan yang merupakan salah satu tempat kuliner di Jakarta. Hotel Bintang 4 ini memiliki 257 kamar dengan beberapa tipe kamar seperti deluxe room, executive room, executive premier, executive suite, club suite, dan alila suite. 



Saya mendapat kamar di lantai 5 dengan rekan yang bernama "Tides". Menuju kamar lorong-lorong hotel dilapisi dengan karpet tebal dan hiasan lukisan disetiap dinding, keren menurutku. Saya mendapat kamar deluxe room dengan fasilitas 2 tempat tidur, kamar mandi dengan bath up, TV LaCD, toiletries lengkap di dalam kamar mandi. Maaf saat berada di hotel ini saya tidak terlalu banyak mengexplore dan memotret untuk dokumentasi. Beda ketika saya menginap di Alila Manggis, Alila Seminyak, Alila Villas Uluwatu, Alila Villas Soori.









Hotel ini memiliki beberapa fasiltas antara lain : Gym, Spa Alila, Executive Lounge, Bussiness Centre, Swimming Pool dan lainnya. Pagi harinya saya turun untuk sarapan di Buzz Restaurant bersama rekan-rekan lain. Menu yang tersaji di restaurant ini berbagai macam varian dari menu Indonesia hingga western, kue-kuenya dan makanannya enak,cocok dilidah saya.





Foto by +Griska Gunara 

Setelah sarapan saya kembali ke kamar untuk packing dan beres-beres, karena jam 10.00 akan meeting di ballroom lantai 3 Hotel Alila Jakarta. Meeting dimulai pukul 10.00 diawali lagu Indonesia Raya dan dibuka oleh Ibu Esthy Reko Astuty Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara dan Bapak Putu Ngurah Asisten Deputi Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara. Selepas pembukaan oleh Ibu Esthy para peserta berfoto bersama dan makan siang sebelum berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta menuju Bandar Lampung sebagai destinasi pertama.

Alila Hotel Jakarta
Jalan Pecenongan Kav 7-17 Jakarta 10120
Phone : +6221 2316008
Fax : +6221 2316007
Email : jakarta@alilahotels.com

Demikian review tentang Hotel Alila Jakarta, semoga bermanfaat bagi rekan - rekan sahabat pejalan. Terima kasih.

Perjalanan ini adalah undangan dari Kementerian Pariwisata Indonesia (www.indonesia.travel). Saya dan rekan-rekan media serta blogger akan mengeksplore beberapa tempat wisata di 6 provinsi. Silahkan juga cek foto-foto di Facebook, Instagram dan Twitter dengan hastag #SaptaNusantara #PesonaIndonesia.

Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...

Selasa, 20 Desember 2016

Rogue One : A Star Wars Story

Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh.


Sahabat Pejalan awal mendengar dan tahu tentang "Rogue One : A Star Wars Story" dari acara ebuzz. Melihat adegannya keren dan bagus menurutku, tapi dari dulu saya tidak begitu suka film fiksi dan berimajinasi terlalu tinggi #huh masih idealis. Sampai akhirnya kemarin 19 Desember 2016 jam 19.00 - 21.00 di XXI Kota Kasablanka, Tebet Jakarta Selatan, saya menontonnya bersama genk cinema Kak Jane, Mas Danu dan Mas Bram, minus Mbak Faya dan Mas Rama.

Sumber :https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-rogue-one-star-wars-story/
 (Foto: Lucasfilm.Ltd)
Sumber : http://www.duniaku.net/2016/12/12/rogue-one-film-star-wars-terbaik/

Sepanjang tanyangan film ini saya menonton serius agar mengerti jalan ceritanya, maklum saya tidak pernah sama sekali menonton Star Wars padahal hari Sabtu, 17 Desember 2016 ada tayangan secara marathon di Movie Premium, itupun tidak bisa menonton karena saya berada di Bali. 

Mari kita review tentang film ini, ada beberapa hal yang saya tanyakan  tentang latar belakangn ke Mas Bram dan ternyata film ini mengambil setting cerita masa sebelum Star Wars IV. Rogue One: A Star Wars Story menceritakan tentang para intel Rebel Alliance yang menjalankan misinya untuk mencuri blueprint Death Star, senjata penghancur planet yang dimiliki Galactic Empire. Dalam misinya, pasukan Rebel yang dipimpin oleh Cassian Andor (Diego Luna) merekrut Jyn Erso (Felicity Jones) anak dari Galen Erso (Mads Mikkelsen) sang perancang Death Star. Mereka juga dibantu oleh 2 orang dari planet Jedha, seorang buta bernama Chirrut Imwe (Donnie Yen) dan seorang pembunuh bayaran bernama Baze Malbus (Jiang Wen).

Dari segi cerita, Rogue One tidak memiliki plot yang cukup kuat. Ceritanya simpel, dengan berbagai fluktuasi yang dapat membuat penonton bertanya-tanya akan kelanjutan aksi mereka. Menariknya, film ini tetap menjaga keaslian cerita di film Star Wars terdahulu dan tidak mengganggu timeline cerita yang sudah dibentuk sejak lama. Dengan ending yang sebenarnya sudah bisa ditebak, Rogue One tetap menghibur dan dapat dinikmati oleh penonton yang belum pernah melihat film Star Wars satu pun.
Para aktor dan aktris Rogue One membawakan perannya dengan sempurna. Karakter yang kuat dapat dirasakan pada tiap scene, yang juga dibantu oleh penulisan script yang cocok dengan tiap karakter. Salah satu hal yang menarik di film ini adalah aksi Donnie Yen sebagai Chirrut Imwe yang memukau dengan koreografi pertarungannya yang sangat seru layaknya seorang guru ahli bela diri yang bijak. Kita juga dapat merasakan ikatan yang kuat antara Chirrut Imwe dengan Baze Malbus, sidekicknya yang selalu melindungi kemanapun dia pergi. Selain itu, ada Android baru bernama K-2SO (Alan Tudyk) yang menghibur penonton dengan keahlian statistik dan respons lucu saat berinteraksi dengan manusia.
Berlanjut ke visual, sepertinya sudah tidak perlu diragukan lagi. Para kru Industrial Light and Magic yang sebelumnya berkarya di film Doctor Strange akan memanjakan kita dengan computer graphic yang realistis dan detail. Mulai dari baku tembak di pantai, dogfight antar pesawat tempur, sampai dengan Star Destroyer yang dibuat sangat megah. Ditambah lagi panorama planet-planet yang eksotis dan gersang khas universe Star Wars. Dijamin penonton akan puas dengan film ini, apalagi jika menonton di studio 4DX yang saat ini bisa dinikmati di berbagai cabang CGV.
Selain memanjakan mata, Rogue One juga memuaskan telinga kita dengan score dari Michael Giacchino. Sekadar informasi, Rogue One adalah film Star Wars pertama di mana John Williams tidak ikut serta dalam pembuatan score-nya. Selama film berlangsung, kita dapat menikmati berbagai score yang indah dan sesuai dengan scene yang ditampilkan. Dengan nuansa ala Star Wars, Michael Giacchino tetap dapat mengkomposisi score dengan baik tanpa terasa meniru score dari film sebelumnya. Segalanya terasa baru dan familiar di saat bersamaan.
Sebagai penutup, tidak lengkap rasanya jika tidak membuat kalian penasaran. Untuk kalian para fans Star Wars, kalian dapat melihat kembali sosok Darth Vader yang menakutkan dan menegangkan dengan aksi lightsaber merahnya. Jika itu juga belum cukup, kalian dapat melihat kembali Carrie Fisher sebagai Princess Leia lengkap dengan kostum dan make up yang membuatnya terlihat muda seperti di film Star Wars IV. 









Dan para pecinta Star Wars film ini saya acungkan jempol, kerennnn..saya bakal menunggu Star Wars selanjutnya hehehe.... Yang belum nonton wajib nonton #loh Terima kasih.
Wassalamulaikum warahmatulla wabarakatuh...






Cambodia Day 4 : S21 Tuol Sleng Genocide Museum


Assalamulaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pagi ini pukul 08.00 hari kedua di Phnom Penh saya dan Janson dijemput oleh Mr. Nara, driver tuk – tuk hostel yang baik hati dan cakap berbahasa Inggris untuk berkunjung ke S21 Tuol Sleng Genocide Museum, Russian Market, Killing Field. Saya sudah sepakat membayar USD18, tuk – tuk beliau murah dibanding dengan yang lainnya. Saya sambil sarapan roti diatas tuk – tuk dan minum susu kemasan yang semalam dibelikan oleh Janson. Perjalanan dimulai menuju museum, pakailah masker karena banyak sekali debu disini.
Kalau mengingat pelajaran sekolah, pasti pernah mendengar dengan kekejaman Khmer Merah pada masa itu tahun 1975 – 1979 dibawah Pimpinan Pol Pot. Cambodia yang beribukota Phnom Penh ini merupakan saksi bisu kejadian tersebut. Masih ada luka lama yang sangat menyayat hati   atas peristiwa tersebut, masa lalu yang akan selalu terkenang untuk masyarakat disini. Untuk kalian yang akan berkunjung kesini saya sarankan untuk menyiapkan mental jauh – jauh hari sebelum datang, jika tidak siap mental lebih baik tidak usah masuk museum. Tiket masuk Museum ini USD2 dan Guide USD6.



Sejarah S21 Tuol Sleng Genocide Museum

Museum Genosida Tuol Sleng, merupakan museum yang terletak di Phonm Penh, Cambodia.  Tempat ini merupakan sebuah Kamp Konsentrasi pada masa rezim Komunis Khmer Merah yang pada masa itu berkuasa.  Kamp Konsentrasi  ini di bangun oleh Pol Pot, pemimpin dari Khmer Merah untuk menyingkirkan orang - orang yang tidak sepaham dengannya. Nama Tuol Sleng  sendiri merupakan Bahasa Khmer yang berarti "Bukit Pohon Beracun".

Tuol Sleng merupakan bekas "Sekolah Tuol Svay Prey Secondary School". Pada masa rezim Khmer Merah berkuasa areal sekolah yang terdiri atas empat gedung bertingkat terdiri dari Gedung A, B, C, D. Ada tiga gedung yang  dijadikan sebagai penjara dan tempat intograsi para tahanan. Kehidupan di sel pun sangat kejam, bahkan tahanan diminta untuk memakan dan meminum kotorannya sendiri, banyak sekali yang terkena penyakit kulit, seperti kurap, kutu dan lain – lainnya.
Gedung A sebagai tempat penyiksaan tahanan, Gedung B sebagai sebuah tiang kayu dengan tiga kerekan di atasnya, sementara di bawah terdapat gentong besar, dan gedung D bisa melihat tengkorak para korban Khmer Merah.
Para Korban Tuol Sleng diperkirakan 17.000 jiwa yang dilenyapkan selama Pol Pot berkuasa selama 4 tahun. Ada satu foto yang membuat saya tidak bisa menahan air mata, yaitu Foto Ibu yang sedang memangku anaknya, tampak sedih dan tanpa ekspresi bahwa akan menghadapi kematian untuk dirinya dan bayinya, miris sekali perasaanku. Air mata mengalir tak henti Janson mengambilkan tisu lalu dia mengajakku untuk keluar gedung . Masih banyak darah kering yang masih menempel di tembok – tembok bangunan yang memang tidak bisa dibersihkan.

Ada beberapa peraturan yang terpampang di Museum S21 berbunyi :

·         Anda harus menjawab sesuai pertanyaan saya. Jangan melawan.
·         Jangan mencoba untuk menyembunyikan fakta dengan mencari alasan ini- itu. Anda dilarang keras untuk menantang saya.
·         Jangan berpura-pura tidak tahu jika Anda ditanya mengenai seseorang yang berani menggagalkan revolusi.
·         Anda harus segera menjawab pertanyaan saya tanpa membuang-buang waktu.
·         Jangan memberitahu saya mengenai keburukan makna revolusi.
·         Meskipun mendapatkan cambukan atau disetrum listrik, Anda tidak boleh menangis sama sekali.
·         Jangan berbuat sesuatu, diamlah dan tunggu aba-aba saya. Jika tidak sedang diperintah, diamlah. Ketika saya meminta Anda untuk melakukan sesuatu, maka Anda harus melakukannya langsung tanpa memprotes.
·         Jangan berkilah bahwa Anda adalah Kampuchea Krom (Bangsa Khmer) untuk menyembunyikan rahasia ataupun pengkhianatan Anda.
·         Jika Anda tidak mengikuti semua aturan di atas, Anda akan mendapatkan banyak cambukan kawat listrik.
·         Jika Anda tidak mematuhi semua peraturan saya, Anda akan mendapatkan sepuluh kali cambukan atau lima kali disetrum listrik.
Dalam kesaksiannya di Pengadilan Khmer Merah pada tanggal 27 April 2009, Duch mengaku 10 peraturan keamanan adalah fabrikasi dari pejabat Vietnam yang pertama kali memasang Museum Genosida Tuol Sleng.





Yang menjadi pertanyaan saya adalah Siapa sih sebenarnya Pol Pot itu, koq bisa kejam banget, sampai menyiksa saudaranya sendiri, karena hampir 21% dari jumlah penduduk Cambodia tewas karenanya.
Mari kita tengok pigur singkat dari Pol Pot. Bernama asli Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1925 di Kampung Thom, merupakan anak ke kedelapan dari sembilan bersaudara dari pasangan Pen Saloth dan Sok Nem. Dan memiliki saudara perempuan bernama Roeung yang menjadi selir Raja Monivong.  Hingga sekarang bangunan empat blok Ä«ni dijadikan museum sebagai peringatan dan bukti betapa kejam rezim Khmer Rouge yang diketuai Pol Pot waktu itu.
Selepas dari S21 Tuol Sleng Genocide Museum, saya, Janson keluar gedung menuju tuk – tuk Mr. Nara untuk ke Russian Market. Saya melihat kain – kain sutera nan cantik disini dan harganya murah, tapi saya tidak belanja hanya melihat – lihat saja. Bermacam macam pernak – pernik yang dijual disini ada kaos  I Love Cambodia harga USD2, alas meja sulam satuannya USD3 dan lain – lainnya. Melihat jam sudah menunjukkan pukul 11.20 saatnya untuk makan karena perut sudah terasa perih sekali, sambil mencolek Janson yang sedang asik melihat kaos I Love Cambodia yang akan dibelinya hehehe…Janson menawari saya apakah mau? Tanpa menjawab dia sudah membayar 2 buah kaos seharga USD3 mau tidak mau saya menerimanya. Makasih Janson.

Setelah membayar 2 kaos saya dan Janson kembali menemui Mr. Nara yang sudah menunggu untuk mencari makan siang. Saya minta tolong untuk diantarkan ke restaurant halal dekat waterfront, saya, Janson dan Mr. Nara makan bersama, saya yang mengajak Mr. Nara untuk makan bersama.Saya sudah meminta izin pada Janson, Alhamdulillah tidak keberatan untuk makan bersama dengan Mr. Nara. Saya memesan menu Mee Hun Goreng, Sup Ikan, Nasi, Sandwich untuk Janson, 3 teh tarik harga USD9.

Begitu makan selesai perjalanan dilanjutkan menuju Killing Field diantarkan oleh Mr. Nara beliau begitu senang diajak makan bersama, menurut beliau saya dan Janson baik sekali tidak banyak tamu yang seperti saya dan Janson menurutnya, mengingat Janson adalah bule. Saya menyampaikan tidak semua seperti itu hehehe… Alhamdulillah dimanapun saya dan Janson berada orang baik selalu ada. Terima kasih Ya Allah.

Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh..

Bersambung
Cambodia Day 4 : Killing Field




Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...