Saya tak tahu, berapa waktu tersisa untuk saya. Satu jam, satu hari,
satu tahun, sepuluh, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang sedikit itu saya
manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi
ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri,
saat saya menghirup udara dari Yang Maha?
Helvy Tiana Rosa, Risalah Cinta
![]() |
View Puteri Samudera dari Kejauhan, Desa Watukarung |
Perjalanan, gemar membaca buku sejak kecil, dan solo
traveling membuat hidup ini semakin berwarna-warni, betapa tidak saya semakin mengenal dan menyelami batin sendiri, mau dibawa kemana kehidupan ini.
Pengalaman dari perjalanan yang dilakukan tentu mambawa dampak positif bagi
diri sendiri untuk menjadi lebih baik, itu prinsip yang saya pegang.
Beberapa waktu lalu saya memang
berniat mengunjungi kembali salah satu Kabupaten di Jawa Timur ini. Berbekal
mendaftar Kelas Inspirasi Pacitan session 3, dan diterima sebagai relawan
pengajar mengantarkan saya menyambangi salah satu pantai terindah yang dimiliki
Pacitan.
Hari itu tepatnya Jum’at, 12
April 2018 saya sudah bersiap menuju pool bus Agra Mas di Lenteng Agung. Saya
memilih naik bus daripada kereta api yang harus menyambung dari Solo menuju
Pacitan. Menempuh perjalanan panjang hampir 16 Jam memang membuat lelah tubuh
ini, namun semua dinikmati dengan riang gembira.
Pukul 05.30 wib, bus tiba di
terminal Pacitan saya pun bergegas turun dan mengambil ransel yang berada di
bagasi bus, lalu memanggil ojek untuk diantarkan ke rumah Om Wid. Di kediaman
Om Wid sudah tiba lebih dahulu Elvin, Naura, Mbak Tun, selepas menyimpan ransel
dan mengambil baju, saya bergegas untuk mandi, karena briefing kelas inspirasi
akan dimulai pukul 09.00 pagi.
Singkat cerita kami pun berangkat
menuju lokasi briefing dengan berjalan kaki, lalu berkenalan dan berfoto dengan
rekan-rekan panitia lokal kelas inspirasi Pacitan session 3, ada om Hery Qirun,
mas Umam, mas Kolis, Mita dllnya. Saya pun berkenalan dengan Ibu Wiwid Antari
salah satu relawan dari Pacitan yang berprofesi sebagai Kepala Desa Watukarung.
![]() |
Ibu Wiwid menemani saya jalan-jalan pagi |
![]() |
Salah satu Pantai di Desa Watukarung |
Perkenalan singkat dengan Ibu
Wiwid mengantarkan saya untuk berkunjung ke Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur. Desa Watukarung terletak lebih kurang 25 km dari
Kabupaten Pacitan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat,
kondisi jalan mulus, namun memasuki Watukarung sedikit berliku-liku dan mohon
untuk berhati-hati dalam berkendara. Tak berapa lama, hanya butuh waktu 30
menit saya dan kawan-kawan sudah tiba di Pantai Watukarung diantarkan oleh Om
Qirun, banyak canda tawa bersama baik di dalam mobil dan setiap perjalanan.
Saya dan Akbar langsung bergegas turun untuk melihat-lihat sebelum diantarkan
ke lokasi penginapan.
![]() |
Penginapan Kami |
![]() |
View Pagi Hari di salah satu Pantai Watukarung |
![]() |
Sampah-sampah yang saya kumpulkan bersama Anik dan Akbar |
Penginapan yang yang kami tempati
berada di belakang tebing, namun tak jauh dari bibir pantai dengan pemandangan
Puteri Samudera. Di Desa Watukarung sudah tersedia penginapan seperti
homestay, resort dengan pemandangan laut langsung, restaurant, warung-warung
makan didepan pantai, minimarket, fasilitas parkir dan lain-lain. Pemandangan
Watu Karung memang indah nan mempesona, laut biru, deburan ombak dan bersih
tentunya, namun terkadang saya sedih jika laut yang indah ini ternodai oleh
ulah para pengunjung yang meninggalkan sampahnya begitu saja dipinggir pantai.
Saya, Akbar dan Anik berbegas mengambil kantong plastik dan mengambil satu demi
satu sampah yang ada, dari botol air mineral, botol minuman beralkohol, chiki, mie
instan dan lainnya.
![]() |
Warung-warung disisi Pantai Watukarung |
![]() |
Peraturan |
![]() |
Sendal jepit kesayangan |
Lepas menikmati sunset, kami pun kembali ke penginapan untuk mandi
dan makan malam. Menu makan malam kami sederhana, nasi putih, pecel, ikan
goreng dan tempe di pelataran homestay ditemani
bulan dan bintang yang bertebaran, nikmat sekali alhamdulillah. Setelah makan
malam dilanjutkan berbincang dengan Ibu Wiwid hingga larut malam. Berbincang
dengan Ibu Wiwid banyak yang saya dapat pelajari, bagaimana menjadi sosok
pemimpin perempuan yang memajukan desanya dengan jerih payah yang tentu tidak
mudah. Disinilah nikmatnya menjadi seorang pejalan dan volunteer banyak mendapat wawasan, pengalaman, banyak rasa syukur
dan tentu kehangatan keluarga baru.
![]() |
Sunset di Pantai Watukarung |
Tepat dinihari saya mengajak,
Akbar, Mbak Tun dan Fitri untuk ke pantai paling ujung untuk mengambil milky
way, namun karena cuaca mendung dan banyak petir akhirnya kami kembali ke
homestay untuk istirahat. Subuh kami sudah bangun dan kembali menikmati pantai
sebelum check out dari homestay untuk
menuju sungai Cokel, pantai Kasap dan ke lokasi meeting point masing-masing rombongan belajar kelas inspirasi
Pacitan.
![]() |
Sungai Cokel |
![]() |
Berfoto bersama Akbar, Anik dan Fitri |
![]() |
Menu Makan siang Nasi Pecel Kembang Turi dan Ikan Goreng |
Setelah berkumpul dan sarapan, tujuan kami selanjutnya menyewa kapal untuk mengexplore sungai Cokel yang berwarna hijau toska, berudara sejuk dengan hamparan pohon kelapa. Sungi Cokel sendiri airnya bermuara langsung ke laut, jadi jika mengikuti ujungnya kalian akan melihat perbedaanya air sungai yang hijau toska, sedang air lautnya berwarna kebiruan cantik dan indah.
Lepas berkeliling sungai Cokel,
saya, Akbar, Anik, Fitri, Om Qirun dan Mbak Tun memilih tidak ikut ke pantai
Kasap karena memang cuaca sangat panas. Saya memilih menunggu disebuah warung
pinggir sungai untuk menikmati pecel daun turi dan ikan segar yang baru saja
digoreng, nikmat luar biasa. Setelah kenyang kami pun diantar oleh Om Qirun
menuju rumah Ibu Wiwid untuk berpamitan dan untuk menghemat waktu kami ke
lokasi meeting point diantarkan
dengan mobil Ibu Wiwid.
Tak berapa lama kami sudah tiba
di kediaman Om Wid, lalu packing dan
menuju kantor Kelurahan, untuk bertemu rombongan belajar masing-masing, saya
mendapat lokasi di SDN Petungsinarang 5 dengan fasilitator Taramita, Ribut dan
Anwar. Mereka sudah menunggu saya dan Fitri yang memang satu rombongan belajar.
Terima kasih Pacitan, yang sudah banyak memberi surprise tentang makna sebuah
perjalanan itu sendiri.