Selasa, 18 April 2017

Harmonisasi Kesenian Tari Topeng Lengger

Mendengar nama Dieng pasti sudah tidak asing bagi para pengiat wisata. Dieng sendiri terbagi menjadi dua (2) Dieng Kulon yang masuk Kabupaten Banjarnegara sedangkan, Dieng Wetan masuk Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.  Saat itu, cuaca Dieng memang sedang ekstrem (dingin sekali), banyak buliran es tampak didaun-daun tanaman saat pagi, sedangkan jika siang cuaca panas membakar kulit. Bahkan para petani kentang banyak yang merugi karena cuaca tersebut.

Kompleks Candi Arjuna

Eko dan Topeng Lengger

Ibu Menyiapkan  Minuman Sesaji

Kebetulan saya tinggal di rumah keluarga Pak Slamet yang tak lain ayahnya Eko, sahabat di Dieng. Saya tinggal disana layaknya keluarga sendiri, bahkan saya dengan Ibunya Eko sudah diajak keliling Dieng Wetan dan Kulon untuk bersilahtuhrahmi dengan keluarganya. Keluarga Pak Slamet merupakan keluarga besar penari  topeng lengger, dan keluarga inti Pak Slamet sendiri adalah penari lengger.

Oh yaa, pagi hari sebelum perayaan puncak Dieng Culture Festival, saya menemani Ibu untuk mengambil bunga-bunga untuk sesaji nanti malam, seperti : mawar, kantil, kenanga, daun sirih dan lain - lainnya di halaman rumah Bude di atas. Karena Eko akan melakukan pementasan tari lengger nanti malam, di Kompleks Candi Arjuna. 

Pak Muji menyiapkan Topeng-topeng lengger

Menyiapkan sesaji

Sesaji

Kumpulan sesaji dan kelapa muda

Setelah itu, membantu menyiapkan topeng-topeng, gelas-gelas yang akan dipakai untuk membuat berbagai minuman sesaji saat pementasan. Selepas Magrib, saya menuju kompleks Candi Arjuna, sudah pasti udara di luar sangat dingin, tangan ini bergetar ketika mengambil gambar dan tripod pun tidak berfungsi karena ramainya pengunjung yang akan menyaksikan tari topeng lengger.

Keramaian pengunjung

Pak Mujiono kerabat Eko, tinggal di Dieng Kulon, bersama Paguyuban Kesenian Tari Sri Widodo, sibuk mempersiapkan pementasan mulai dari mempersiapkan topeng-topeng, sesaji (berupa daun sirih, mawar, kantil, bangkuang, kelapa muda, jambu, makanan dan lain-lainnya) dan beberapa gelas minuman. Beginilah persiapan tari topeng lengger sebelum pementasan, sudah biasa dilakukan dari dulu hingga kini tidak berubah. 

Sebelum pementasan Pak Mujiono ditunjuk sebagai pemimpin, dukun, penari dan pelestari seni tari topeng lengger. Asal muasal tarian ini berawal dari Kerajaan Kediri dibawah pemerintahan Prabu Brawijaya, ketika  itu Raja Brawijaya yang kehilangan putrinya, Dewi Sekartaji, mengadakan sayembara untuk memberikan penghargaan bagi siapa pun yang bisa menemukan sang putri.

Bila pria yang menemukan akan dijadikan suami sang putri, dan jika wanita maka akan dijadikan saudara. Sayembara yang dikuti oleh banyak ksatria ini akhirnya tinggal menyisakan dua peserta yaitu Raden Panji Asmoro Bangun yang menyamar dengan nama Joko Kembang Kuning dari Kerajaan Jenggala. Satu lagi, Prabu Klono dari Kerajaan Sebrang, merupakan orang yang menyebabkan sang putri kabur karena sang raja menjodohkannya. 

Gamelan sebagai pengering tari topeng lengger


Dalam pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya menyamar sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain. Lakon penarinya adalah seorang pria yang memakai topeng dan berpakaian wanita dengan diiringi alat musik seadanya. Ternyata dalam setiap pementasannya tari ini mendapat sambutan yang meriah. Sehingga dinamai Lengger, yang berasal dari kata ledek (penari) dan ger atau geger (ramai atau gempar). Hingga di suatu desa, tari topeng lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi Sekartaji dari persembunyiannya. 

Namun pada saat yang bersamaan Prabu Klono juga telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya Retno Tenggaron yang disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun lamaran itu ditolak Dewi sehingga terjadilah perkelahian dan Retno Tenggaron yang dimenangi Sang Putri. Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang Kuning tetap menuntut haknya pada raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam pertarungan, Joko Kembang Kuning yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil menewaskan Prabu Klono. Di akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji menikah dengan pestanya disemarakkan dengan hiburan tari topeng lengger. Lengger yang pada zaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger (penari yang mengundang keramaian).

Diiringi tembang Jawa

Pak Muji

Tari topeng lengger yang berasal dari kata “elinga ngger” artinya ingatlah nak. Lengger tersebut bermakna petuah atau nasehat agar kita selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Esa, dan selalu berbuat baik kepada semua orang.


Pementasan tari topeng lengger diiringi musik tradisional gamelan, ditarikan oleh sekelompok penari terdiri dari pria dan wanita mengenakan pakaian tradisional berupa Ebeg, Jarit (kain khas Jawa) sepaha, Sumping di kepalanya. Sementara sang wanita mengenakan jarit hingga mata kaki, selendang, kemben, serta mahkota. Kedua penari mengunakan topeng sesuai karakter yang mengambarkan tokoh - tokoh yang ditarikan.

Pemain Gamelan

Topeng-topeng lengger

Penari Wanita

Penari Wanita

Sedangkan yang unik dari legenda tarian ini adalah ketika penari mengalami mendhem atau kerasukan, dimana penari seakan berada dalam kondisi diluar sadar dan mulai bertingkah aneh seperti meniru gerakan monyet atau harimau, makan pecahan kaca, menginjak bara api, mengupas kelapa dengan gigi, serta aksi kekebalan lainnya tanpa mengalami rasa sakit. 

Penari Wanita

Eko dan Topeng Lengger

Mendhem atau kerasukan

Demikian cerita sedikit tentang kesenian tradisional tari topeng lengger yang merupakan harmonisasi di kehidupan masyarakat Dieng, yang masih dipertahankan hingga kini. Dimana era kemajuan yang semakin mengikis kesenian tradisional. Tari topeng lengger ini wajib dilestarikan karena merupakan sebuah karya seni yang berasal dari Jawa Tengah, mari kita sama - sama menjaganya. Terima kasih untuk Keluarga Eko, Pak Mujiono dan Paguyuban Kesenian Tari Lengger Sri Widodo yang memberi banyak informasi tentang kesenian ini, serta semoga tulisan ini bermanfaat. 


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Legenda pariwisata Jawa Tengah 2017 yang diselengarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.

Senin, 10 April 2017

Pawon Cokelat Guest House Unik di Malioboro

Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...

Hallo Sahabat Pejalan...


Selepas makan malam di Bakmi Jowo Mbah Gito bersama Ibu Wiwik dan Ibu Ellie, tepat pukul 20.30 wib saya dan sepupu tiba di Pawon Cokelat Guest House untuk check in. Saya bertemu dengan Mas Ihsan resepsionis yang sangat ramah. Saya langsung melunasi sisa pembayaran, mendapat kwitansi dan kamar nomor 10 di lantai 2. Harga guest house ini tidak terlalu mahal jika weekend Rp. 370.000,-  dan weekday Rp. 320.000,-.

Gang Kecil depan Guest House Pawon Cokelat

Pawon Cokelat

Pintu Masuk Pawon Cokelat
Ruang resepsionisnya tidak terlalu luas, terdapat kursi hijau nan angun untuk diduduki, bangunan Pawon Cokelat pun sangat sederhana dengan tanaman-tanaman hijau yng bergelantungan membuat nilai lebih penginapan ini.

Sofa Hijau Ruang Resepsionis

Tanaman Merambat Ruang Resepsionis

Setelah check in dan mendapat kunci, saya dan sepupu langsung menuju kamar nomor 10 di lantai 2, kamar yang saya inapi memiliki balkon sendiri dengan kursi didepanya. Pawon Cokelat memiliki 10 kamar terdiri dari 3 lantai, lantai 3 paling atas terdapat rooftop untuk bersantai dan guest house ini selalu penuh di akhir pekan.


Anak Tangga Menuju Lantai 2

Anak Tangga Menuju Lantai 2

Kamar No. 9

Kamar saya lumayan luas dengan tempat tidur double bed, ada nakas, meja menjadi satu dengan lemari kecil serta kursi, televisi LED dengan channel lokal. Tempat tidur dan bantalnya empuk lengkap dengan selimut berwarna biru dan lantai semen terasa sejuk, pintu dan jendela terletak sejajar dengan hordeng berwarna putih, lengkap dengan wifi. 


Balkon Kamar No. 10

Tempat Jemuran Kamar No. 10

Kamar No. 10
Luas kamar mandi juga lumayan dengan closet duduk, shower, ember serta gayung, amnetiesnya sabun dan shampo serta tersedia handuk dan jemuran di depan kamar. Untuk penerangan kamar juga oke, terdapat lampu utama dan lampu tidur serta kamar dilengkapi dengan AC yang dingin.


Kamar mandi No. 10
Amnetiesnya Sabun dan Shampo

Setelah perjalanan yang panjang dari Jakarta, saya langsung mandi untuk menyegarkan badan, sementara sepupu bersantai dengan leyeh-leyeh di tempat tidur. Selepas mandi langsung menonton televisi dan tak terasa lelap tertidur hingga pagi hari.

Tempat Tidur 1

Tempat Tidur 2

Tempat Tidur 3
Bangun pukul 05.30 saya sempatkan untuk jalan-jalan sekitar guest house dan berbincang dengan Mas Ihsan yang sedang sibuk menyiram tanaman, menurutnya tanaman disekitar guest house harus disiram setiap hari. 

Ruang Sarapan

Untuk sarapan pagi di Pawon Cokelat, ada dua jenis ala bule dan lokal yaaa telur ommelet, lengkap dengan roti, dan sosis serta sarapan lokal adalah nasi goreng enaaak loh sarapannya :D Ruang sarapannya tidak begitu luas, namun amat cantik  untuk berfoto, disini juga tersedia kopi dan teh 24 jam yang bisa kamu buat sendiri.

Teh Panas

Ommelet

Nasi Goreng

Kamar-Kamar di Lantai 2

Kursi-Kursi di Lantai 2

Kursi-Kursi di Lantai 2

Kamar-Kamar di Lantai 1

Kalian yang menginap di Pawon Cokelat Wajib Foto disini,
Ini Foto sepupu saya

Lokasi Pawon Cokelat ini sangat strategis di jantung Malioboro tak jauh dari Stasiun Tugu Jogjakarta, jadi yaa mau kemana-mana terasa dekat hehehe :D.  Menuju guest house ini sangat mudah jika sudah ketemu Jalan Pasar Kembang ada gang pertama tertulis jalan Sosrowijayan Wetan Gang 1 langsung masuk aja lalu belok kiri lurus saja itu deh sudah sampai, mudah bukan..:D Jadi sahabat pejalan jika berkunjung ke Jogjakarta, jangan lupa untuk menginap disini yaa... :)

Foto-Foto Pawon Cokelat saya gunakan kamera handphone jadul : Sony Ericsson Xperia.


Pawon Cokelat Guest House :

Alamat : Jalan Sosrowijayan Wetan Gang 1 No. 102 Malioboro, Jogjakarta
Telp      : 0878 7880 9008 (Ibu Eki Rahmawati)
                 0274 2924232

IG : @pawoncokelat
pawoncokelat@gmail.com
www.pawoncokelat.com

Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...







Minggu, 09 April 2017

Sensasi Makan Bakmi Jowo Mbah Gito di Jogjakarta

Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...

Hallo Sahabat Pejalan...


Akhirnya berkunjung lagi ke Jogjakarta di awal Maret kemarin, dalam acara pernikahan keluarga. Tepatnya hari itu Jumat, 10 Maret 2017 saya sudah siap packing untuk berangkat menuju Bandara Halim Perdana Kusuma bersama sepupu. 


Boarding pass Jakarta - Jogjakarta
Pesawat seharusnya take off  pukul 15.40, namun mengalami keterlambatan yang membuat saya dan sepupu gelisah karena sudah lama menunggu, untuk menghilangkan kegelisahan kita berdua makan dan jalan-jalan, namun karena bandara yang sempit dan penuh sesak membuat ruang gerak terbatas dan nggak kebagian tempat duduk.

Saya selalu mendengarkan pengumuman dari pihak maskapai mengingat bandara sangat berisik, akhirnya kita berdua mendapat kursi tepat didepan dua (2) ibu, saya izin untuk duduk didepannya dan berkenalan. Ada beberapa selingan obrolan seperti ibu dan anak hingga panggilan masuk pesawat. Saya dan sepupu mendapat tempat duduk nomor 17A-B sedang sang ibu mendapat di 20A-B.  Perjalanan Jakarta - Jogjakarta memakan waktu lebih kurang 1 jam lewat 5 menit tak banyak yang saya lakukan didalam pesawat selain menonton film di layar depan kursi. Menjelang landing pesawat terasa berputar-putar mengingat padatnya penerbangan di Kota Gudeg, benar saja telinga terasa amat sakit karena tekanan, saya sudah mulai menghilangkannya dengan mengunyah permen karet namun nggak mempan dan akhirnya menutup telingga dengan tangan, alhamdulillah akhirnya landing dan tiba di bandara Adi Sucipto Jogjakarta.

Saya dan sepupu turun dari pesawat kemudian dipanggil oleh kedua (2) ibu tersebut untuk menunggu dipintu keluar pesawat, walaupun sudah berkenalan dan ngobrol akhirnya kita baru bertukar nama, Iya Ibu Ellie dan Ibu Wiwik. Kita pun diajak bareng oleh beliau dan Ibu Wiwik ingin makan bakmi Jawa yang enak, terlintas lalu saya ajak berkunjung ke bakmi Mbah Gito di Rejowinangun Kota Gede.


Warung Bakmi Jowo Mbah Gito
Keluar bandara lalu saya memesan taksi Angkasa Trans menuju Rejowinangun Kota Gede dengan tarif Rp. 80.000 dan mendapat driver bernama Pak Agus (0812 2545 5817), taksinya saya mendapat innova luas untuk kita berempat, Pak Agus begitu ramah mengantarkan kita menuju Bakmi Mbah Gito. Tak lama kita pun tiba dan sudah ramai lokasi makan ini. Saya langsung masuk dan memesan bakmi kuah/godog empat (4) porsi lengkap dengan tambahan cabe rawit dan ayam suwir serta teh tawar. Harga bakmi kuah disinipun tidak terlalu mahal, saya berempat makan plus kerupuk dan dua (2) bungkus nasi goreng untuk dibawa pulang membayar total Rp. 189.000,-.


Ornamen Kadang Sapi 

Kayu-kayu menambah etnik tempat makan ini

Bakmi kuah disini sangat saya rekomendasikan untuk dicoba, hmmmm rasanya enak dan pas dilidah membuat nikmat untuk disantap dimulut plus acar mentimun dan kerupuk. Bakmi kuah/godog Mbah Gito terbuat dari mie kuning, telur bebek, aneka bumbu rempah, ayam kampung suwir, irisan sawi, kubis dan daun seledri menambah nikmat citarasa untuk disantap.  Interior tempat bakmi  ini serba ornamen kayu, ada gong, wayang membuat betah berlama-lama ditempat ini.


Ornamen Gong

Kursi-kursi kayu

Mbah Gito tetap mempertahankan bangunan bekas kandang sapi dan ornamen-ornamen tradisional  untuk mengingatkan beliau, dahulu mengunakan alat-alat tersebut, begitu hebat perjuangan Mbah Gito hingga bakminya terkenal sampai wisatawan mancanegara.


Bakmi Kuah/Godog 1

Bakmi Kuah/Godog 2

Bakmi Kuah/Godog 3
Setelah puas makan bakmi kuah/godog kitapun diantarkan oleh Pak Agus menuju hotel dengan menambah bayar Rp. 100.000,-, Ibu Wiwik dan Ibu Ellie diantarkan terlebih dahulu, beliau menginap di Ibis Style Dagen sedangkan saya di Pawon Cokelat Sosrowijayan tak jauh dari Stasiun Tugu Jogjakarta. Perjalanan yang luar biasa bagi saya bisa berkenalan dengan dua Ibu tersebut, seluruh biaya makan dan diantar hingga menuju hotel dibayari oleh Ibu Wiwik, terima kasih bu. Sahabat pejalan yang berkunjung ke Jogjakarta jangan lupa mencoba Bakmi Mbah Gito.



Alamat : Bakmi Mbah Gito
Jalan Nyi Ageng Nis No. 9, Rejowinangun, Kota Gede, Kota Jogjakarta, Daerah Istimewa Jogjakarta 55171
Buka : 11.00 - 23.00 wib (Buka setiap hari)
Telp : 0852 2840 8800



Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh



Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...