Sabtu, 21 April 2018

Keindahan Alam Watukarung, Pacitan



Saya tak tahu, berapa waktu tersisa untuk saya. Satu jam, satu hari, satu tahun, sepuluh, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang sedikit itu saya manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri, saat saya menghirup udara dari Yang Maha?
Helvy Tiana Rosa, Risalah Cinta


View Puteri Samudera dari Kejauhan, Desa Watukarung

Perjalanan, gemar membaca buku sejak kecil, dan solo traveling membuat hidup ini semakin berwarna-warni, betapa tidak saya semakin mengenal dan menyelami batin sendiri, mau dibawa kemana kehidupan ini. Pengalaman dari perjalanan yang dilakukan tentu mambawa dampak positif bagi diri sendiri untuk menjadi lebih baik, itu prinsip yang saya pegang.

Beberapa waktu lalu saya memang berniat mengunjungi kembali salah satu Kabupaten di Jawa Timur ini. Berbekal mendaftar Kelas Inspirasi Pacitan session 3, dan diterima sebagai relawan pengajar mengantarkan saya menyambangi salah satu pantai terindah yang dimiliki Pacitan.

Hari itu tepatnya Jum’at, 12 April 2018 saya sudah bersiap menuju pool bus Agra Mas di Lenteng Agung. Saya memilih naik bus daripada kereta api yang harus menyambung dari Solo menuju Pacitan. Menempuh perjalanan panjang hampir 16 Jam memang membuat lelah tubuh ini, namun semua dinikmati dengan riang gembira. 

Pukul 05.30 wib, bus tiba di terminal Pacitan saya pun bergegas turun dan mengambil ransel yang berada di bagasi bus, lalu memanggil ojek untuk diantarkan ke rumah Om Wid. Di kediaman Om Wid sudah tiba lebih dahulu Elvin, Naura, Mbak Tun, selepas menyimpan ransel dan mengambil baju, saya bergegas untuk mandi, karena briefing kelas inspirasi akan dimulai pukul 09.00 pagi.

Singkat cerita kami pun berangkat menuju lokasi briefing dengan berjalan kaki, lalu berkenalan dan berfoto dengan rekan-rekan panitia lokal kelas inspirasi Pacitan session 3, ada om Hery Qirun, mas Umam, mas Kolis, Mita dllnya. Saya pun berkenalan dengan Ibu Wiwid Antari salah satu relawan dari Pacitan yang berprofesi sebagai Kepala Desa Watukarung.

Ibu Wiwid menemani saya jalan-jalan pagi

Salah satu Pantai di Desa Watukarung

Perkenalan singkat dengan Ibu Wiwid mengantarkan saya untuk berkunjung ke Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Desa Watukarung terletak lebih kurang 25 km dari Kabupaten Pacitan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, kondisi jalan mulus, namun memasuki Watukarung sedikit berliku-liku dan mohon untuk berhati-hati dalam berkendara. Tak berapa lama, hanya butuh waktu 30 menit saya dan kawan-kawan sudah tiba di Pantai Watukarung diantarkan oleh Om Qirun, banyak canda tawa bersama baik di dalam mobil dan setiap perjalanan. Saya dan Akbar langsung bergegas turun untuk melihat-lihat sebelum diantarkan ke lokasi penginapan.

Penginapan Kami

View Pagi Hari di salah satu Pantai Watukarung

Sampah-sampah yang saya kumpulkan bersama Anik dan Akbar 

Penginapan yang yang kami tempati berada di belakang tebing, namun tak jauh dari bibir pantai dengan pemandangan Puteri Samudera. Di Desa Watukarung sudah tersedia penginapan seperti homestay, resort dengan pemandangan laut langsung, restaurant, warung-warung makan didepan pantai, minimarket, fasilitas parkir dan lain-lain. Pemandangan Watu Karung memang indah nan mempesona, laut biru, deburan ombak dan bersih tentunya, namun terkadang saya sedih jika laut yang indah ini ternodai oleh ulah para pengunjung yang meninggalkan sampahnya begitu saja dipinggir pantai. Saya, Akbar dan Anik berbegas mengambil kantong plastik dan mengambil satu demi satu sampah yang ada, dari botol air mineral, botol minuman beralkohol, chiki, mie instan dan lainnya.


Warung-warung disisi Pantai Watukarung

Peraturan

Sendal jepit kesayangan

Lepas menikmati sunset,  kami pun kembali ke penginapan untuk mandi dan makan malam. Menu makan malam kami sederhana, nasi putih, pecel, ikan goreng dan tempe di pelataran homestay ditemani  bulan dan bintang yang bertebaran, nikmat sekali alhamdulillah. Setelah makan malam dilanjutkan berbincang dengan Ibu Wiwid hingga larut malam. Berbincang dengan Ibu Wiwid banyak yang saya dapat pelajari, bagaimana menjadi sosok pemimpin perempuan yang memajukan desanya dengan jerih payah yang tentu tidak mudah. Disinilah nikmatnya menjadi seorang pejalan dan volunteer banyak mendapat wawasan, pengalaman, banyak rasa syukur dan tentu kehangatan keluarga baru.


Sunset di Pantai Watukarung

Tepat dinihari saya mengajak, Akbar, Mbak Tun dan Fitri untuk ke pantai paling ujung untuk mengambil milky way, namun karena cuaca mendung dan banyak petir akhirnya kami kembali ke homestay untuk istirahat. Subuh kami sudah bangun dan kembali menikmati pantai sebelum check out dari homestay untuk menuju sungai Cokel, pantai Kasap dan ke lokasi meeting point masing-masing rombongan belajar kelas inspirasi Pacitan.

Sungai Cokel
Berfoto bersama Akbar, Anik dan Fitri

Menu Makan siang Nasi Pecel Kembang Turi dan Ikan Goreng

Setelah berkumpul dan sarapan, tujuan kami selanjutnya menyewa kapal untuk mengexplore sungai Cokel yang berwarna hijau toska, berudara sejuk dengan hamparan pohon kelapa. Sungi Cokel sendiri airnya bermuara langsung ke laut, jadi jika mengikuti ujungnya kalian akan melihat perbedaanya air sungai yang hijau toska, sedang air lautnya berwarna kebiruan cantik dan indah.

Lepas berkeliling sungai Cokel, saya, Akbar, Anik, Fitri, Om Qirun dan Mbak Tun memilih tidak ikut ke pantai Kasap karena memang cuaca sangat panas. Saya memilih menunggu disebuah warung pinggir sungai untuk menikmati pecel daun turi dan ikan segar yang baru saja digoreng, nikmat luar biasa. Setelah kenyang kami pun diantar oleh Om Qirun menuju rumah Ibu Wiwid untuk berpamitan dan untuk menghemat waktu kami ke lokasi meeting point diantarkan dengan mobil Ibu Wiwid.

Tak berapa lama kami sudah tiba di kediaman Om Wid, lalu packing dan menuju kantor Kelurahan, untuk bertemu rombongan belajar masing-masing, saya mendapat lokasi di SDN Petungsinarang 5 dengan fasilitator Taramita, Ribut dan Anwar. Mereka sudah menunggu saya dan Fitri yang memang satu rombongan belajar. Terima kasih Pacitan, yang sudah banyak memberi surprise tentang makna sebuah perjalanan itu sendiri.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...