Selasa, 14 Juni 2016

Fase Kehidupan dan "Filosofi Kupu-Kupu"


Edisi kangen Ibu, jadi iseng-iseng menulis tentang kupu-kupu, ketika kecil Ibu senang merawat bunga-bunganya di halaman rumah dari bunga kertas, mawar, kenangnga hingga bunga matahari sehingga banyak sekali kupu-kupu yang datang dan hinggap. 

Siapapun di dunia pasti kenal dengan mahkluk ciptaan Allah Swt yang bernama kupu-kupu yang memiliki keindahan  dan kecantikan yang luar biasa.

Namun dibalik keindahan dan kecantikannya apakah kamu pernah merenung untuk melewati beberapa fase kehidupan untuk menjadi indah.

Sebagai simbol keindahan, awalnya  kupu-kupu berasal dari mahkluk yang menjijikan yang bernama ulat. Saya sebenarnya dari kecil takut dengan yang namanya ulat. Karena setiap membersihkan pekarangan  rumah jika ada ulat, saya selalu meminta tolong Ibu untuk memindahkan ulat itu. Namun setelah Ibu memberitahu bahwa kupu-kupu berasal dari ulat, maka cara padang saya mulai berubah, Ibu yang membukakan mata dan pikiran tentang ulat dan kupu-kupu.



Sebagai manusia yang dibekali akal, rasionalitas serta kebijaksanaan terkadang kita harus belajar dari rangkaian kehidupan, makna dan filosofi yang diberikan Allah Swt lewat kupu-kupu tadi.

Belajar dari rangkaian kehidupan kupu-kupu saya berharap mampu bermetamoforsis menjadi pribadi yang bahagia, disukai banyak orang, menebar kebajikan dan tentunya bebas melalang buana menapaki  setiap pilar kehidupan yang penuh warna #aaahhhaaaiii...*sambilsenyum*

* Segala yang kita lakukan hari ini akan berguna untuk masa depan

Sebelum membalut dirinya dalam kepompong ulat hanya makan, makan dan makan. Namun itulah tahap kesendirian dan kesunyian dalam balutan kepompong nanti.

Untuk hidup pun kita harus melakukan sesuatu yang bermanfaat di hari ini, untuk manfaat yang lebih bermanfaat yang lebih besar di masa yang akan datang. Pengalaman, ilmu dan pencapaian-pencapain kecil yang kita lakukan dan diperoleh hari ini adalah bekal yang cukup untuk menjalani fase kehidupan kita di masa yang akan datang.

* Kesunyian akan membentuk kepribadian yang matang

Tahapan kepompong yang dilalui kupu-kupu mengajarkan kita bagaimana melakukan internalisasi dalam hidup, yaitu proses perenungan diri untuk mensyukuri makna hidup yang sebenarnya dengan perlahan-lahan melakukan persiapan.


Larva dalam kepompong berada dalam kesunyian, menggantung di dahan atau dedaunan. Ia tak peduli walau panas terik menyengat serta dingin malam menusuknya. Ia tetap kokoh untuk berubah menjadi diri yang baru, diri yang penuh pesona, indah memukau dengan sayap barunya dan tubuh yang cantik.



Dalam hidup pun kita harusnya mampu meniru ketenangan sang kepompong. Meski lingkungan yang kita tempati kadang keras dan kejam, namun jika kita tetap fokus pada tujuan dan berpegang teguh pada prinsip hidup kita, maka pada akhirnya kita akan keluar dari lingkungan itu sebagai pribadi yang dihargai dan disukai banyak orang.


Jika Tak Ada Yang Berubah Maka Takkan Ada Perubahan

Filosofi paling sakral dari kupu-kupu adalah perubahan yang dikenal dengan sebutan metamorfosis. Berawal dari seekor ulat kemudian menjadikan dirinya berada dalam kesunyian (kepompong), hingga akhirnya menjadi kupu-kupu. Tahapan-tahapan ini harus dilalui tanpa satupun yang dilewati. Ulat tidak akan menjadi kupu-kupu tanpa menjadi kepompong terlebih dahulu.

Terkadang dalam hidup kita mengharapkan keberhasilan atau pencapaian yang besar dengan jalan pintas atau cara yang instan. Memang kemudian banyak yang berhasil dengan cara-cara singkat semacam itu, namun percayalah keberhasilan yang diperoleh dengan cara instan akan berakhir dengan instan pula. 

Untuk berubah menjadi kupu-kupu indah dengan sayap yang kuat dibutuhkan perjuangan yang tidaklah mudah. Karena perjuangan adalah sesuatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Allah Swt membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan.

Beranilah untuk berubah, bulatkan tekad untuk berjuang, jangan mengharapkan jalan pintas, karena kepintasan dan ketergesa-gesaan hanya akan membuat kita menjadi manusia-manusia prematur.  Untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya niatkan untuk berubah dan terus menjadi lebih baik seperti kupu-kupu yang menghiasi alam dan menjadi teladan bagi kita manusia, yakin bahwa selalu ada makna dan keindahan dalam setiap moment hidup yang kita lalui.


"The precious lesson about the past is that is shows you what not to bring into your future"





1 komentar:

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...