Awal mendengar Pulo
Geulis saya bingung, letaknya di Bogor bagian mana perasaan tidak ada pulau. Oh
ternyata Pulo Geulis terletak tak jauh dari Kebun Raya dan berada dekat Pasar
Suryakencana kota Bogor. Pulo Geulis sendiri terbentuk karena aliran
Sungai Ciliwung terbelah dan kemudian menyatu kembali tepat sebelum Kebun Raya
Bogor, maka Pulo Geulis tampak seperti pulau. Lokasinya masuk wilayah Kelurahan
Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor Jawa Barat.
Papan Nama Vihara Maha Brahma |
Pulo
Geulis dalam bahasa sunda berarti pulau
yang cantik. Nama lama pulau ini sebagai Pulau Parakan Baranangsiang yang
berasal dari kata marak yang berarti
mengambil ikan tanpa parak. Namun ada juga yang menyebutnya “Rawa Bangke”
karena banyaknya sampah dan bercampur bangkai sehingga berbau seperti bangkai.
Pulo Geulis awalnya adalah kawasan hutan hijau. Sebelum dibangun pemukiman
seperti sekarang ini, dahulunya untuk peristirahatan raja dari Kerajaan Pakuan
Padjajaran.
Jembatan Penghubung ke Pulo Geulis |
Penduduk
di Pulo Geulis sangatlah padat dan kebanyakan berasal dari Suku Sunda dan
Tionghoa. Tempat ini setidaknya sudah dihuni ratusan silam sesuai dengan ditemukannya
sebuah klenteng tua bernama Vihara Maha Brahma atau Pan Kho Bio yang dibangun
pada abad ke-18, yang diyakini sebagai kelenteng tertua di Bogor. Vihara Maha
Brahma hingga kini terpelihara dengan baik dan merupakan rumah ibadah yang
berperan penting dalam setiap acara imlek
dan cap go meh di kota Bogor.
Pinggir Sungai Pulo Geulis |
Vihara
ini mengalami perubahan total pada tahun 1984 sehingga sangat disayangkan ada
banyak yang berubah dan sudah tidak lagi sebagai benda cagar budaya. Banyak
benda – benda purbakalanya yang hilang dan kini kepengurusannya dibawah Yayasan
Danagun. Pembersihan dan perawatan vihara ini dilakukan secara gotong - royong
warga sekitar satu bulan sebelum imlek, patung-patung dibersihkan dan kegiatan
pengantian pakaian. Kegiatan rutin vihara setiap tanggal satu dan lima belas
sesuai kalender Cina dilakukan peribadatan berupa kebaktian vihara.
Papan Nama Vihara MahaBrahma |
Vihara
Maha Brahma atau Pan Kho Bio tidak hanya sebagai rumah ibadah umat Tionghoa,
tetapi juga dipergunakan oleh kaum muslim sekitar untuk pengajian Maulid Nabi
Muhammad SAW atau kegiatan buka puasa bersama setiap bulan Ramadhan, menu
makanan untuk berbuka atau kegiatan vihara dimasak secara gotong – royong baik
oleh umat tionghoa maupun muslim. Siapapun boleh datang ke vihara ini tanpa
pengecualian, saya sempat berkunjung ke vihara ini pas begitu masuk terlihat
sekali nilai toleransi dan prularisme. Prularisme yang dibangun warga Pulo Geulis
tidak dapat dipisahkan pada peran serta tokoh masyarakat bernama Bram Abraham.
Pria yang paham seluk-beluk vihara ini memang dipandang sebagai pemerhati
sejarah Vihara Maha Brahma. Menurut beliau “Saya tidak asal ngomong, Semua data
yang saya peroleh dari beberapa sumber yang dapat dipercaya keabsahannya,”. Keunikan
lain dari vihara yang didirikan pada tahun 1704 adalah mempunyai makam atau kuburan dari sesepuh setempat. Di antaranya
makam Uyut Gebog, makam Mbah Sake, makam Mbah Imam, petilasan Eyang Surya
Kencana serta Petilasan Jayadiningrat. Makam dan petilasan yang ada di dalam vihara merupakan
peninggalan dari warga yang sudah dulu tinggal di wilayah Pulo Geulis. Mereka yang dikubur merupakan pemuka
agama Islam dan letaknya sudah begitu dari dulu.
Vihara ini memiliki beberapa ruang, seperti
ruang tengah beberapa warga keturunan Tionghoa sedang melakukan ritual dihadapan
patung Dewa Pan Kho. Mereka terlihat khidmat menggenggam dupa. Di ruang
berbeda hanya dibatasi tembok semen,
beberapa orang nampak sedang melaksanakan salat hajat, alasan mereka datang
adalah sengaja ke Pan Kho Bio untuk
melakukan nampak tilas karena sesepuh ada di Bogor salah satu alasan pengunjung
muslim. Di Vihara ini juga terdapat sumber air berupa sumur yang tidak pernah
kering walaupun kemarau, menurut keterangan Pak Candra pengurus vihara warga
masyarakat sekitar banyak mengambil air disini jika sumur mereka kering.
Ruang Utama Vihara MahaBrahma |
Hingga saat ini banyak sekali perubahan di kawasan Pulo
Geulis dari aspek sejarah, budaya dan lingkungan namun harus tetap
dilestarikan. Situs Pulo Geulis ini juga harus tetap kita jaga bersama-sama
sebagai bagian warisan sejarah, tak hanya kaum Tionghoa saja tetapi seluruh
umat beragama turut menjaganya. Perubahan lingkungan juga sangat mempengaruhi
Situs Pulo Geulis dikarenakan wilayah ini sudah semakin padat penduduk sehingga
keterbatasan lahan, jarang sekali rumah penduduk yang ditumbuhi tanaman hanya
beberapa rumah saja yang masih melakukan penghijauan.
Untuk mencapai Pulo Geulis, bila dengan kereta commuter
line Jakarta – Bogor turun di stasiun Bogor lalu naik angkutan 02 jurusan
Sukasari lalu turun di Pasar Suryakencana lalu jalan kaki ke arah belakang
pasar menuju vihara Maha Brahma atau Pan Kho Bio ada papan nama yang jelas
menuju vihara dan warga masyarakat
sekitar mengetahui rumah ibadah ini. Bisa juga naik bus turun di terminal
Baranangsiang lalu berjalan kaki melewati jembatan
- jembatan yang menghubungkannya dengan tepian Sungai Ciliwung di sebelah barat
(lingkungan Jalan Roda) dan sebelah timur (Jalan Riau).
Permisi maaf mengganggu waktunya, saya Assa Kartika mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB, memohon kesediaannya bagi yang pernah berkunjung ke Pulo Geulis, Babakanpasar, Bogor untuk mengisi kuesioner penelitian saya yg berjudul Desain Lanskap Kampung Wisata Pulo Geulis Berbasis Preferensi Masyarakat. Terima kasih banyak atas bantuannya:) http://Goo.gl/forms/0A1ooWVE5I
BalasHapusBuat saudara punya permasalahan ekonomi:hub aki santoro karna saya sudah membuktikan bantuan aki santoro yang berminat hub di no 0823 1294 9955 atau KLIK DISINI 100% tembus
Hapus