Rabu, 15 Maret 2017

Daya Tarik Lain Gombong Rokok Kelembak Menyan

Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...

Hallo Sahabat Pejalan...

Hari kedua saya di Kebumen, setelah sarapan nasi penggel, perjalanan dilanjutkan kembali  menuju Gombong. Iyaa Gombong, sebuah kecamatan di Kebumen, Jawa Tengah.

Bangunan Peninggalan Tempo Doeloe

Titik Nol Gombong
Pertama datang ke Gombong, saya dan Defa langsung menuju Rumah Martha Tilaar. Lokasi dimana Briefing Kelas Inspirasi Kebumen #2 akan diadakan. Begitu tiba saya disambut sangat baik oleh rekan-rekan panitia lokal, keberkahan tersendiri bisa tiba di Gombong. Karena acara briefing dimulai setelah makan siang, saya punya waktu kosong yang panjang, tadinya mau pergi creambat, karena lihat salon disebelah RMT #lah jauh-jauh ke Gombong koq malah nyalon hehehe ...:D, namun akhirnya niat itu sirna karena ada dua (2) orang rekan relawan sudah tiba di stasiun Gombong, saya dan Defa pun menjemput. Wahhh team SDN Tambaksari sudah berkumpul tiga (3)  orang tinggal menunggu yang lainnya.

Saya pun berkenalan dengan Rifki dari Solo, Dini dari Boyolali. Karena Defa fasilitator lokal dan sedang  sibuk mempersiapkan briefing, saya dan rekan-rekan lain berkenalan dengan Pak Sigit  (sosok luar biasa bagi saya pribadi), beliau mengajak saya berkeliling sekitar Gombong dengan jalan kaki, melihat sisi lain kecamatan ini. 

Pak Sigit
Langkah kaki mulai  melaju mengikuti Pak Sigit, beliau menceritakan tentang sejarah Gombong, dari mulai titik nol Gombong yang berada dipertigaan tak jauh dari Rumah Martha Tilaar (RMT), lalu menuju ke arah Pabrik Rokok Sintren milik Pak Edy. Beliau merupakan generasi kedua untuk meneruskan usaha rokok milik sang ayah The Gie Tjoan (Agus Subianto).








Memasuki rumah Pak Edy, saya disambut dengan ramah oleh beliau dan di guide langsung berkeliling rumah dan pabrik miliknya, pemandangan yang luar biasa bagi saya, melihat tangan-tangan terampil meracik rokok kelembak walaupun usia mereka tidak muda lagi. Racikan rokok kelembak terdiri dari campuran tembakau, akar kelembak dan kemenyan dan para si-mbah yang mengerjakan ini hanya butuh waktu 15 detik perbatang, kerennn banget. 

Oh yaa para pekerja disini ada yang tinggal jauh dari pabrik sehingga mereka ada yang jalan kaki pulang pergi menempuh jarak 7 Km, dan ada  yang mengunakan sepeda, mereka selalu semangat #salut dengan perjuanganya.













Terdapat tiga (3) merk rokok kelembak disini Sintren, Bang Djo, dan Togog, dihargai Rp. 2.000,- per bungkus. Setelah melihat bagaimana pembuatan proses rokok kelembak, selanjutnya saya diajak Pak Edy menuju gudang-gudang penyimpan tembakau, kemenyan, kelembak dan kertas pembungkus rokok. Saya pun bersama Pak Sigit mencoba menumbuk kelembak, waaah baru sebentar sudah keringetan padahal semua pembuatan rokok disini adalah manual.









Tak banyak yang mengetahui bahwa Gombong memiliki daya tarik tersendiri, jika saya tak datang tentu saya tidak tahu akan adanya rokok kelembak sebagai sisi lain kota ini. Saya pun bangga bisa datang ke Gombong melihat lebih dekat nilai sejarah, jejak kolonial yang masih tersisa dan pastinya bangunan kuno sebagai objek foto yang tak lupa saya ambil.

Rokok Kelembak Sintren

Pak Edy 

Setelah melihat dan berkeliling kediaman Pak Edy, kita semua kemudian duduk bersama sambil berbincang bagaimana proses kedepan dari rokok kelembak ini, buat saya pribadi rokok ini masih punya pengemarnya sendiri. Terima kasih Pak Edy sudah mengizinkan berkeliling dan mengetahui banyak tentang rokok kelembak tradisional ini. Selanjutnya saya dan Pak Sigit, Rifki dan Dini pamit untuk menuju kembali ke Rumah Martha Tilaar. Saya pun dihadiahi satu (bungkus) rokok kelembak sintren sebagai kenang-kenangan.

Wasaalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...








1 komentar:

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...