Rabu, 08 Februari 2017

Sendal Jepit "Naik Kelas"


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh...

Selamat Pagi...Sahabat Pejalan, yang masih terus jalan-jalan :D


Saat kaki lelah seharian mengunakan high heels, ini pengalaman saya dulu ketika masih menjadi orang kantoran, maklum dulu saya sebagai HRD dan Technical Operation Secretary sebuah perusahaan oil and gas di Jakarta mengharuskan tampil rapi. Selepas jam kerja saatnya beralih pada sepasang sendal jepit yang nyaman. Hingga hobby saya yang jalan-jalan mengunakan sendal jepit, namun pengunaanya disesuaikan saat traveling kemana, karena jika naik gunung saya pasti mengunakan sepatu.


Sendal jepitnya beli di Gombong Jawa Tengah
sumber : sidomi.com
Kini, sendal jepit pun "naik kelas" menjadi salah satu item fashion andalan para desainer dunia di panggung fashion internasional. Tapi tahukah kamu asal-usul sendal jepit?

Di Indonesia, sehari-hari orang menyebut alas kaki berbahan karet sintetis  dengan tali tipis berbentuk "Y" ini dengan sendal jepit. Di negara lain, sendal jenis ini memiliki sebutan berbeda-beda, seperti flip flops di Amerika Serikat, slops di Afrika, thongs di Australia, biisan di Jepang, atau slipper  di beberapa negara lainnya.

Sendal jepit biasanya banyak digunakan pada kegiatan luar ruang dan tidak resmi, seperti rekreasi  atau ke pantai , sebab memperlihatkan hampir seluruh permukaan kaki. Sol sendal jenis ini biasanya tipis dan rata.

Konon, di balik bentuknya yang sederhana, sendal jepit sudah ada sejak zaman Mesir kuno sekitar tahun 4000 SM. Sendal atau terompah dibuat dari bahan kayu daun papyrus, lalu untuk sol sendal-nya kaki cetak di atas pasir pantai. Sendal tertua  yang dibuat pada tahun 1500 SM hingga sekarang masih tersimpan di British Museum. Di  Jepang, sendal jepit awalnya terbuat dari bahan bekas.

Pada era modern, tepatnya setelah Perang Dunia ke-2, saat tentara Amerika Serikat pulang dari Jepang mereka pulang membawa oleh-oleh sepasang sendal jepit yang disebut zori. Biasanya zori dipakai orang Jepang  saat menggunakan busana tradisional kimono, baik santai maupun formal, alas zori berbentuk lonjong, datar, dan terbuat dari bahan gabus yang dilapisi kulit, kain, atau plastik. Tali zori (hanao) dibuat cukup tebal. 

Ternyata jenis sendal jenis banyak diminati di Amerika Serikat, terutama saat musim panas. Mereka menganggap model sendal ini nyaman digunakan oleh pria, wanita maupun anak-anak, lalu menyebutnya dengan flip flops. Nama tersebut diambil dari bunyi yang ditimbulkan apabila sendal dipakai melangkah.


Sendal Jepitnya sudah mampir ke
Pantai Tablolong Kupang NTT

Sendal Jepitnya diajak Kemping bersama Sekolah Telusuri
di Sukamantri Bogor Jabar

Sendal Jepitnya sudah sampai Pulau Rote,
Pulau Paling Selatan di Indonesia
Sendal Jepitnya menemani baca
di savana Riung 17 Island NTT
Popularitas sendal zori mewabah ke berbagai negara hingga akhirnya seorang pengusaha bernama Jhon  Cowie asal Inggris memodifikasi sendal zori dengan aneka karet warna-warni yang meriah. Cowie menggunakan istilah jandals, singkatan dari Japanese sandals. Lalu di tahun 1960-an sebuah perusahaan asal Brazil memproduksi sendal jepit berbahan karet tipis dengan brand Havaianas dan masih populer hingga saat ini.

Tren menggunakan flip flops sempat mengundang pro dan kontra karena semakin banyak orang, khususnya anak muda, yang memakai sendal jepit untuk pergi ke berbagai kesempatan sampai ke acara formal.

Sebagian orang berpendapat memakai sendal jepit mencerminkan orang yang mempunyai sikap malas dalam bergaya atau tidak stylish, padahal sebetulnya yang dirasakan  adalah faktor kenyamanannya. Saat itu sendal jepit tidak berhasil meraih predikat  sebagai sendal yang fashionable. 

Hingga pada suatu hari, Diane Vreeland , kolumnis kelahiran Perancis 29 September 1903 memakai sendal jepit yang kemudian dikenal dengan sebutan thongs sandal. Diane yang saat itu ikon fashion, pernah menjadi fashion editor majalah Harpers Bazaar selama 26 tahun, serta editor  in chief  majalah Vogue Amerika, selalu memakai sendal jepit ini ke berbagai kesempatan. 

Diane bahkan sempat berniat untuk membuat sebuah pabrik thongs, namun niatnya ditentang pemerintah karena thongs dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan lantaran bentuknya terlalu terbuka dan bisa mengundang banyak penyakit seperti jamur kulit. Ya, terlepas dari berbagai pro dan kontra perkembangan sendal jepit, alas kaki sederhana ini kini telah menjelma ke dalam beragam model menarik dan menjadi salah satu item fashion favorit yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Alih-alih tertelan putaran tren, sendal jepit dapat terus bertahan dengan tetap menomorsatukan kenyamanan dan kepraktisannya.

Bahkan saya jika traveling susur kota atau susur pantai cenderung mengunakan sendal jepit karena praktis untuk dipakai dan mudah membersihkannya. Semoga tulisan ini bermanfaat, terima kasih.

#dariberbagaisumber

Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh...














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...