Selasa, 20 Desember 2016

Cambodia Day 4 : S21 Tuol Sleng Genocide Museum


Assalamulaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Pagi ini pukul 08.00 hari kedua di Phnom Penh saya dan Janson dijemput oleh Mr. Nara, driver tuk – tuk hostel yang baik hati dan cakap berbahasa Inggris untuk berkunjung ke S21 Tuol Sleng Genocide Museum, Russian Market, Killing Field. Saya sudah sepakat membayar USD18, tuk – tuk beliau murah dibanding dengan yang lainnya. Saya sambil sarapan roti diatas tuk – tuk dan minum susu kemasan yang semalam dibelikan oleh Janson. Perjalanan dimulai menuju museum, pakailah masker karena banyak sekali debu disini.
Kalau mengingat pelajaran sekolah, pasti pernah mendengar dengan kekejaman Khmer Merah pada masa itu tahun 1975 – 1979 dibawah Pimpinan Pol Pot. Cambodia yang beribukota Phnom Penh ini merupakan saksi bisu kejadian tersebut. Masih ada luka lama yang sangat menyayat hati   atas peristiwa tersebut, masa lalu yang akan selalu terkenang untuk masyarakat disini. Untuk kalian yang akan berkunjung kesini saya sarankan untuk menyiapkan mental jauh – jauh hari sebelum datang, jika tidak siap mental lebih baik tidak usah masuk museum. Tiket masuk Museum ini USD2 dan Guide USD6.



Sejarah S21 Tuol Sleng Genocide Museum

Museum Genosida Tuol Sleng, merupakan museum yang terletak di Phonm Penh, Cambodia.  Tempat ini merupakan sebuah Kamp Konsentrasi pada masa rezim Komunis Khmer Merah yang pada masa itu berkuasa.  Kamp Konsentrasi  ini di bangun oleh Pol Pot, pemimpin dari Khmer Merah untuk menyingkirkan orang - orang yang tidak sepaham dengannya. Nama Tuol Sleng  sendiri merupakan Bahasa Khmer yang berarti "Bukit Pohon Beracun".

Tuol Sleng merupakan bekas "Sekolah Tuol Svay Prey Secondary School". Pada masa rezim Khmer Merah berkuasa areal sekolah yang terdiri atas empat gedung bertingkat terdiri dari Gedung A, B, C, D. Ada tiga gedung yang  dijadikan sebagai penjara dan tempat intograsi para tahanan. Kehidupan di sel pun sangat kejam, bahkan tahanan diminta untuk memakan dan meminum kotorannya sendiri, banyak sekali yang terkena penyakit kulit, seperti kurap, kutu dan lain – lainnya.
Gedung A sebagai tempat penyiksaan tahanan, Gedung B sebagai sebuah tiang kayu dengan tiga kerekan di atasnya, sementara di bawah terdapat gentong besar, dan gedung D bisa melihat tengkorak para korban Khmer Merah.
Para Korban Tuol Sleng diperkirakan 17.000 jiwa yang dilenyapkan selama Pol Pot berkuasa selama 4 tahun. Ada satu foto yang membuat saya tidak bisa menahan air mata, yaitu Foto Ibu yang sedang memangku anaknya, tampak sedih dan tanpa ekspresi bahwa akan menghadapi kematian untuk dirinya dan bayinya, miris sekali perasaanku. Air mata mengalir tak henti Janson mengambilkan tisu lalu dia mengajakku untuk keluar gedung . Masih banyak darah kering yang masih menempel di tembok – tembok bangunan yang memang tidak bisa dibersihkan.

Ada beberapa peraturan yang terpampang di Museum S21 berbunyi :

·         Anda harus menjawab sesuai pertanyaan saya. Jangan melawan.
·         Jangan mencoba untuk menyembunyikan fakta dengan mencari alasan ini- itu. Anda dilarang keras untuk menantang saya.
·         Jangan berpura-pura tidak tahu jika Anda ditanya mengenai seseorang yang berani menggagalkan revolusi.
·         Anda harus segera menjawab pertanyaan saya tanpa membuang-buang waktu.
·         Jangan memberitahu saya mengenai keburukan makna revolusi.
·         Meskipun mendapatkan cambukan atau disetrum listrik, Anda tidak boleh menangis sama sekali.
·         Jangan berbuat sesuatu, diamlah dan tunggu aba-aba saya. Jika tidak sedang diperintah, diamlah. Ketika saya meminta Anda untuk melakukan sesuatu, maka Anda harus melakukannya langsung tanpa memprotes.
·         Jangan berkilah bahwa Anda adalah Kampuchea Krom (Bangsa Khmer) untuk menyembunyikan rahasia ataupun pengkhianatan Anda.
·         Jika Anda tidak mengikuti semua aturan di atas, Anda akan mendapatkan banyak cambukan kawat listrik.
·         Jika Anda tidak mematuhi semua peraturan saya, Anda akan mendapatkan sepuluh kali cambukan atau lima kali disetrum listrik.
Dalam kesaksiannya di Pengadilan Khmer Merah pada tanggal 27 April 2009, Duch mengaku 10 peraturan keamanan adalah fabrikasi dari pejabat Vietnam yang pertama kali memasang Museum Genosida Tuol Sleng.





Yang menjadi pertanyaan saya adalah Siapa sih sebenarnya Pol Pot itu, koq bisa kejam banget, sampai menyiksa saudaranya sendiri, karena hampir 21% dari jumlah penduduk Cambodia tewas karenanya.
Mari kita tengok pigur singkat dari Pol Pot. Bernama asli Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1925 di Kampung Thom, merupakan anak ke kedelapan dari sembilan bersaudara dari pasangan Pen Saloth dan Sok Nem. Dan memiliki saudara perempuan bernama Roeung yang menjadi selir Raja Monivong.  Hingga sekarang bangunan empat blok īni dijadikan museum sebagai peringatan dan bukti betapa kejam rezim Khmer Rouge yang diketuai Pol Pot waktu itu.
Selepas dari S21 Tuol Sleng Genocide Museum, saya, Janson keluar gedung menuju tuk – tuk Mr. Nara untuk ke Russian Market. Saya melihat kain – kain sutera nan cantik disini dan harganya murah, tapi saya tidak belanja hanya melihat – lihat saja. Bermacam macam pernak – pernik yang dijual disini ada kaos  I Love Cambodia harga USD2, alas meja sulam satuannya USD3 dan lain – lainnya. Melihat jam sudah menunjukkan pukul 11.20 saatnya untuk makan karena perut sudah terasa perih sekali, sambil mencolek Janson yang sedang asik melihat kaos I Love Cambodia yang akan dibelinya hehehe…Janson menawari saya apakah mau? Tanpa menjawab dia sudah membayar 2 buah kaos seharga USD3 mau tidak mau saya menerimanya. Makasih Janson.

Setelah membayar 2 kaos saya dan Janson kembali menemui Mr. Nara yang sudah menunggu untuk mencari makan siang. Saya minta tolong untuk diantarkan ke restaurant halal dekat waterfront, saya, Janson dan Mr. Nara makan bersama, saya yang mengajak Mr. Nara untuk makan bersama.Saya sudah meminta izin pada Janson, Alhamdulillah tidak keberatan untuk makan bersama dengan Mr. Nara. Saya memesan menu Mee Hun Goreng, Sup Ikan, Nasi, Sandwich untuk Janson, 3 teh tarik harga USD9.

Begitu makan selesai perjalanan dilanjutkan menuju Killing Field diantarkan oleh Mr. Nara beliau begitu senang diajak makan bersama, menurut beliau saya dan Janson baik sekali tidak banyak tamu yang seperti saya dan Janson menurutnya, mengingat Janson adalah bule. Saya menyampaikan tidak semua seperti itu hehehe… Alhamdulillah dimanapun saya dan Janson berada orang baik selalu ada. Terima kasih Ya Allah.

Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh..

Bersambung
Cambodia Day 4 : Killing Field




2 komentar:

  1. wih.. kejam banget ya di rezim Khmer Rouge itu. Gilak, aturannya itu. sudah mati kaku kita. ngalahin aturan malaikat aja.

    Aku semakin penasaran dengan cerita mendalam rezim Khmer Rouge. Ada filmnya ga yaa

    BalasHapus
  2. Hmmmmm kalau kamu kesini hanif mending siapin mental, kalau gak mau bercucuran air mata kayak akuu yang gak bisa nahan :(

    BalasHapus

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...