Assalamulaikum warahmatullah wabarakatuh…
Setelah makan siang di Muslim
Family Kitchen dengan menu Lembu Naik Bukit, Nasi, Ikan Masak Khmer dan pesan 3
minuman bersama Janson dan Osman. Alhamdulillah kenyang, lalu beranjak menuju
masjid. Saya dan Osman masuk ke dalam masjid untuk sholat, sementara Janson
menunggu di tuk – tuk. Selepas sholat perjalanan dilanjutkan menuju Banteay Srei. Menuju lokasi ini dari Siem
Reap kurang lebih ditempuh 1,5 jam, saya dan Janson sudah sepakat untuk
menambah biaya Osman USD10 untuk mengantar ke Banteay Srei.
Saya memang penyuka candi, entah itu datang dari mana naluri
saja. Bahkan ketika berkunjung ke istana ratu boko saya betah dari pagi hingga
petang menjelang sunset hanya demi melihat dan belajar tentang sejarahnya
bangunan demi bangunan yang sangat cantik menurut saya. Betapa kayanya bangsa
Indonesia. Begitu juga dengan Angkor Wat sudah ada dibenak saya sejak SD untuk
dikunjungi, Alhamdulillah semua cita – cita itu terpenuhi. Sebelum ke Banteay
Srei, saya dan Janson sempat mampir dahulu ke exhibition center untuk membaca
sejarah detail mengenai Banteay Srei, sebelum masuk dan melihat langsung.
Banteay Srei, dalam Bahasa Khmer berarti Kota Para Wanita. Candi yang dibangun
pada abad ke-10 Masehi. Banteay Srei memang dibangun untuk menghormati Dewa
Shiwa, satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu. Candi ini terletak di
kawasan kota purbakala Angkor. Candi ini terletak diatas perbukitan Phnom Dei,
berjarak 25 Km sebelah timur bangunan utama di kawasan kawasan
ibu kota kuno Yasodharapura dan Angkor
Thom,
dan kenapa mempunyai arti kota para wanita, karena pahatannya yang halus dan
warna bebatuannya yang tampak seperti warna merah muda dan juga karena
banyaknya ukiran perempuan cantik.
Banteay Srei
mungkin merupakan candi yang paling kecil dalam Komplek Angkor Archaelogical
Park. Candi ini adalah candi utama satu - satunya yang dibangun bukan Raja Rajendrawarman,
melainkan penasehatnya Yajnyavahara. Namun, candi ini baru berdiri dengan
sempurna di masa pemerintahan Raja Jayawarman V. Aslinya
candi ini dikelilingi bangunan permukiman, sebuah kota yang disebut Iswarapura.
Di
masa sekarang kawasan kompleks Angkor Archaelogical Park, sudah mengalami pemugaran. Upaya pemugaran ini juga dilakukan untuk
mencegah kerusakan candi akibat pepohonan besar yang tumbuh di dekatnya.
Selesai
walking track di Banteay Srei, akhirnya saya kembali ke hostel. Karena sejak subuh
sudah jalan – jalan berkeliling Angkor Wat walau belum semua. Saya dan Janson lalu membayar Osman USD25 dan
mengucapkan banyak terima kasih karena sudah ditemani berkeliling Angkor Wat.
Selepas itu saya janjian untuk mencari makan malam bersama dengan Janson.
Waktu
menunjukkan pukul 5 sore, selepas sholat saya meminjam sepeda Janson yang
dititip di hostelku. Saya mengunjungi old market disana terdapat penjual
cinderawati, daging, sayuran dan lain – lain, kalau menurut saya pribadi lebih
senang ke old market daripada night market, karena soal harga juga sih hehehe…saya mendapati penjual post card yang harganya USD1 dan banyak penjual
cinderamata yang cantik – cantik, tetapi tidak membeli takut menambah beban
ransel lagi – lagi.
Selepas
magrib, saya menuju hostel Janson di Jasmine Family Guest House. Untuk
menjemputnya, ternyata Janson masih terlelap tidur. Saya ketuk pintunya karena
jam sudah menunjukkan pukul 18.40, saya menumpang sholat di kamarnya Janson. Wah
kamar Janson asik juga loh
Setelah
sholat dan Janson selesai mandi, langsung mengowes sepeda. Saya dibonceng Janson
seperti kemarin. Sepanjang jalan tertawa terus hahaha…membayangkan jaman Ibu
Bapak saya pacarannya naik sepeda. Kalau
menurut Janson Romantic, lucu sekali
laki –laki yang saya baru kenal di imigrasi Thailand ini seperti sudah saling
kenal sejak lama, langsung klik dan nyambung. Memang beginilah jika bepergian
seorang diri banyak mendapat hal yang menarik.
Night market ramai sekali, oh ternyata malam
minggu banyak para turis yang berseliweran untuk membeli souvenir dan lain – lainnya.
Malam ini saya dan Janson sepakat makan di KFC hehehe..Setelah itu berkeliling Pub Street dan kembali pulang ke Hostel.
Saya mampir di hostel Janson yang nyaman sambil berbincang – bincang di lobby
dengan teman – teman dari negara lain juga. Malam semakin larut saya izin
pulang ke hostel diantarkan Janson dengan sepeda sewaanya. Besok sore saya dan
Janson akan bertemu untuk jalan –jalan menjelajah Tonle Sap yaitu kehidupan diatas air
masyarakat Siem Reap, Cambodia. Good night..
Bersambung Cambodia Day 3 : Kehidupan Tasik Tonle Sap
Wassalamulaikum warahmatullah wabarakatuh…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar