Sabtu, 30 Juli 2016

Karena Setiap Perjalanan Punya Cerita "Pendakian Gunung Prau - Dieng" Part-3

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh...
Sambungan dari sebelumnya "Karena Setiap Perjalanan Punya Cerita "Telaga Warna - - Dieng" Part-2"

13-14 Mei 2016
Siang Dieng...

Saya menulis perjalanan ini sebagai kenang - kenangan dimasa yang akan datang, dimana bisa menjadi cerita untuk anak cucu "tsssaaahhh" seperti lagu dari Sheila on 7 "Sebuah Kisah Klasik". Jam menunjukkan pukul 10.30, ada whatsapp masuk bahwa Mas Bram dan Kak Griska telah tiba di Dieng. Saya pun keluar rumah ditemani Arief dan Mas Agung untuk menjemput dan mengajak beristirahat di kediaman Eko. Alhamdulillah akhirnya sampai juga kloter 3 dan personil pendakian Prau ala "Anak Kompleks" sudah komplit (dah kek paket makanan ya hehehe...). Oh yaa pendakian Gunung Prau ini perdana untuk "Kak Jane dan Mas Bram". 






Exploring The Highlands of Java 
by Mas Agung Hari Wijaya


Vlog by Mas AgungHari Wijaya


Lagu Sheila on 7 "Sebuah Kisah Klasik"

Pos Pendakian Patak Banteng
Karena hari ini bertepatan dengan hari Jum'at, maka pendakian akan dilakukan setelah rekan-rekan melakukan Sholat Jum'at. Mas Bram, Mas Agung, Bagus dan Arief pun sudah siap menuju Masjid. Sementara saya masih mempersiapan kelengkapan logistik yang masih kurang sambil menunggu mereka pulang Sholat Jum'at. 

Sebelum melakukan pendakian saya mengajak rekan - rekan untuk makan terlebih dahulu di rumah Eko, dengan menu yang sederhana, yaitu sayur kentang, nasi, dan kerupuk ditemani teh hangat, lumayan untuk mengisi perut dan cadangan tenaga untuk pendakian yang akan kita lakukan.

Setelah makan siang dan logistik lengkap, saya dan rekan - rekan izin ke Ibu, Bapak untuk pamit dahulu menuju Desa Patak Banteng dan memberitahu besok akan kembali lagi untuk menginap di rumah beliau. Sebelum menuju Pos Pendakian Patak Banteng, saya mampir dahulu ke warung Ibu Yati untuk mengambil pesanan makanan untuk nanti sore di Gunung Prau. Kita semua menuju Pos Pendakian Patak Banteng dengan mengendarai sepeda motor, Arief dan Mas Agung yang bolak balik menjemput Kak Jane dan Mas Danu, sedangkan saya dengan Pakde. 
Pos Pendakian Patak Banteng - Dieng
Ketentuan Denda Jika Pendaki Melakukan Pelanggaran Dikawasan Gunung Prau
Jam menunjukkan pukul 13.30 siang saya dan rekan - rekan sudah tiba di pos pendakian. Lalu saya dibantu Arief  dan Mas Danu melakukan registrasi atau mendaftarkan personil yang akan melakukan pendakian ke Gunung Prau via Patak Banteng ini.  Di pos pendakian saya sempat bertemu Mas Yadi, setahun lalu membantu Traveller Kaskus dalam acara penanaman pohon di Gunung Prau. Ketika saya melakukan registrasi, rekan - rekan lain menyiapkan air minum masing-masing yang akan dibawa. Biaya registrasi pendakian Gunung Prau Rp. 10.000,-/orang lalu parkir motor menginap Rp. 5.000,-/motor. 


Kekompakkan Team 
Foto dulu sebelum trekking

Begitu urusan registrasi selesai, trip bahagia bersama keluarga "Anak Kompleks" akan dimulai, sebelum trekking kita berdoa terlebih dahulu agar pendakian lancar dan kembali ke rumah dengan selamat, Aminn. Setelah selesai berdoa team mulai berangkat, dibarisan depan ada Arief, Bagus, Pakde Dady, Mas Bram, Mas Agung lalu saya, Mas Bram, Kak Jane, Mas Danu dan Kak Griska.

Oh yaaa pendakian Gunung Prau ini bisa melalui beberapa jalur pendakian loh..., tapi saya dan rekan - rekan memilih via Patak Banteng, karena lumayan singkat waktunya, walaupun medannya lumayan menguras tenaga. Gunung Prau berada di ketinggian 2.565 mdpl, terletak di wilayah Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, tetapi melewati 3 batas Kabupaten antara lain Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo. Menuju Dieng pun sangat mudah dari berbagai kota, baik Jakarta, Semarang, Jogjakarta, Purwokerto maupun kota-kota lainnya. Bisa mengunakan armada bus atau naik kereta api (jika mengunakan kereta turun di Stasiun Purwokerto) lalu dilanjutkan naik travel hingga Dieng.   

Ini beberapa jalur pendakian jika ingin mendaki Gunung Prau :

1. Jalur Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang
2. Jalur Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo
3. Jalur Kenjuran, Kabupaten Kendal


Jalur berbatu menuju Pos I 
Kak Jane & Mas Danu menuju Pos I
Pendakian Gunung Prau, sepanjang jalurnya tidak terdapat air sehingga para pendaki harus melengkapi logistik berbekalan di pos pendakian, walau kini hingga Pos II terdapat banyak warung sepanjang jalur pendakian. Berbeda dengan dua tahun lalu belum banyak warung seperti sekarang. 

Pos Pendakian - Pos I Sikut Dewo :

Baiklah pendakian dimulai, saya mulai berjalan melewati anak tangga yang lumayan banyak dan menguras tenaga menyusuri perkampungan, sesekali berhenti mengambil nafas, hingga tiba diperkebunan kentang. Jarak Pos Pendakian menuju Pos I sekitar 500 meter dengan berjalan lebih kurang 30 menit.  Begitu sampai di Pos I lalu duduk, menunggu yang lain untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali. 


Istirahat di Pos I
Pos I - Pos II Canggal Walangan

Setelah cukup beristirahat perjalanan dilanjutkan kembali. Dari Pos I belok kiri menuju Pos II  bisa ditempuh lebih kurang 45 menit. Jalur pendakian ini berupa tanah padat berdebu jika musim kemarau dan licin jika musim penghujan. Saya berjalan berbarengan dengan Mas Bram, berlahan - lahan karena medan sudah mulai menanjak kadang diselingi istirahat, minum dan canda tawa. Hampir 1,5 tahun gak naik gunung nih hehehe...:D. Pos II berupa lapangan kecil terdapat pohon pinus dan cemara. Di pos ini saya, Mas Bram bersama Pakde Dady sempet berfoto - foto sambil menunggu Kak Jane, Mas Danu, dan Kak Griska. 


Jalur Pendakian Pos I - Pos II berupa tanah padat 
Pakde Dady berjalan menuju Pos II

Pos II - Pos III Cacingan

Jalur pendakian dari Pos II menuju Pos III sedikit terjal dan menanjak ditempuh lebih kurang 45 menit, saya dan Mas Bram sesekali beristirahat mengambil nafas, minum atau sekedar duduk sambil menikmati pemandangan desa sekitar yang ciamik, sesekali motoin Mas Bram yang baru pertama kali naik gunung. Walaupun baru pertama kali naik gunung Mas Bram semangat sekali, padahal kondisi badannya juga kurang fit saat pendakian, tetapi dibawa enjoy, lekas sehat Mas Bram. Perjalanan tak terasa, karena kita banyak sekali diselingi canda tawa, mulai dari istilah Jawa Kuno arti gendhul atau botol tempat menyimpan air minum hingga Mbelik atau sendang, lalu cerita film horor Suzanna dan lain - lainnya hehehe....:D Luar biasa pengetahuan Bahasa Jawa Mas Bram, saya jadi malu mengaku orang Jawa, karena tidak bisa berbahasa Jawa.


Caption yang cocok apa  coba??? untuk Kak Jane "Kereeennn Pastinya"
Jalur Pos II - Pos III
Menanjak dan Lumayan Menguras Tenaga
Dapat Pemandangan Kayak Gini, Gimana Gak Bikin Bahagia
Bersama Kang Gendhul hahaha...:p 
Istirahat Sambil Menunggu Kak Jane & Mas Danu
Bersama Kak Jane, Mas Danu & Mas Bram

Pos III - Puncak Gunung Prau

Tak terasa sudah mencapai Pos III saja lalu beristirahat dan masih terus tertawa, membuat tenaga semakin terkuras karena jalur dari Pos III menuju Puncak Gunung Prau melewati tanjakan tanah terjal berupa tangga dan berkelok-kelok, jika musim kemarau sangatlah berdebu dan licin jika musim penghujan. Kenapa Pos III dinamakan Cacingan??? karena jalurnya berkelok - kelok seperti cacing hingga menuju Puncak. Perjalanan menuju Puncak dapat ditempuh lebih kurang 60 menit. Ketika saya dan Mas Bram beristirahat hari sudah mulai sore, kabut pun mulai turun dan terasa dingin. Perjalanan menuju Puncak ditandai dengan mulai terlihatnya pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon berdampingan dan ditandai padang savana datar ditumbuhi bunga - bunga Daisy atau Lonte Sore (dalam bahasa lokal Dieng)  yang merupakan icon gunung ini.


Jalur Pos III - Menuju Puncak Gunung Prau
Pemandangan Telaga Warna dan Pengilon dari jalur menuju Puncak Prau
Pemandangan Perkebunan
Pemandangan Desa-Desa Sekitar Dieng dari Pos III
Senja Sore "Puncak Prau"
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang sudah mengizinkan saya datang lagi dan menikmati keindahan Gunung Prau, lalu mulai membongkar tas dan membangun tenda Pakde Dady disamping tenda Mas Danu, Mas Agung, dan Arief. Kita bersepuluh terbagi 4 tenda saya, Pakde Dady dan Kak Griska, Mas Danu dan Kak Jane, Mas Agung dan Bagus, sedang Arief dan duo Mas Bram hehehe....:D

Saya memilih tempat untuk tenda di sebelah kanan, supaya dapat menyaksikan golden sunrise Gunung Prau yang indah banget itu dan memandang deretan gunung - gunung didepannya seperti Sindoro, Sumbing yang menjulang berdekatan, lalu dibelakangnya tampak Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Lawu yang tampak kecil. 

Setelah beres dengan urusan tenda hari pun sudah mulai gelap, berkabut dan dingin. Saya lalu masuk tenda, membuat minuman hangat dengan Pakde Dady sambil meluruskan kaki yang lumayan pegal karena berjalan lebih kurang 3 jam dari pos pendakian menuju Puncak Gunung Prau. Lalu makan malam dengan nasi yang saya pesan tadi siang, kita makan di tenda masing - masing mengingat udara yang sangat dingin, sesekali saya berbincang dengan Pakde Dady tentang perjalanan tadi. Hari beranjak malam saya meminta Pakde untuk istirahat lebih dahulu, sementara saya kadang berbincang dengan Kak Griska sambil menyeruput teh yang saya buat untuk menghangatkan badan.

Mata sudah terasa mengantuk tetapi tidak bisa dipejamkan, karena sudah banyak pendaki berdatangan dan berisik, ada yang memasang pengajian, ada yang curhat, ada beberapa anak-anak SMA yang baru lulus dari Semarang tidak bisa memasang tenda, sehingga Arief pun membantu mereka. Maklum anak - anak ini tidak membawa perlengkapan yang lengkap untuk pendakian, seperti membawa korek api, senter, alhasil semua meminjam. Karena tidak bisa tidur, saya dan Kak Griska meninggalkan Pakde Dady yang sudah terlelap. Untuk main ke tenda Mas Danu dan Kak Jane, awalnya hanya sekedar menghangatkan badan dan minum teh, tapi jadinya keterusan hehehe... :D

Tenda Mas Danu yang hanya untuk 2 orang diisi oleh kita berenam yaitu : Mas Danu, Kak Jane, Kak Griska, Mas Bram, Arief dan saya (coba bayangkan gimana keadaan tenda) ditemani minuman hangat, cemilan sambil duduk berdesak - desakan sambil bercengkrama diselingi canda tawa yang membuat saya sakit perut, karena mendengar logat Mas Bram yang khas hehehe..."Peace Mas". Dari mulai trekking tadi, sudah tidak kuat rasanya tertawa karena belajar bahasa Jawa Kuno yang saya sendiri sebagai orang Jawa tidak mengerti. Anak - anak tenda sebelah pun tetap berisik, karena pas di cek Arief, ternyata frame tenda mereka patah, alhasil tidak bisa berdiri sempurna, kasihan juga sih karena angin di Prau kali ini, tidak bisa diajak bersahabat "kencang" sekali. Masih didalam tenda Mas Danu kita mendengarkan celotehan anak - anak Semarang tadi, sesekali saya meminta tolong Mas Bram untuk menterjemahkan, karena ada beberapa kata saya tidak paham.


Bercengkrama Didalam Tenda Mas Danu
Malam semakin larut hingga Mas Bram bangun dari tenda sebelah dan kemudian menyusul ke tenda Mas Danu, jadi tujuh orang loh (coba bayangin lagi), kadang kaki saya terasa pegal sehingga meminta izin untuk meluruskan kaki ke arah Mas Bram. 

Akhirnya  Mas Bram mengajak  kita main "warewolf" di dalam tenda, makin malam makin seru saja nih tenda Mas Danu, walaupun berdesak - desakan coba muat semua pasti lebih asik dan seru, jika Mas Agung, Bagus, Pakde Dady ikut bergabung dalam permainan ini. Walaupun di luar angin begitu kencang dan dingin yang menusuk tulang, tapi kita Keluarga Bahagia "Anak Kompleks" tetap merasakan kehangatan yang tak terhingga hehehe....lebay gak sih??? kata - kata saya ini LOL....

Kenapa saya mengatakan pendakian ini trip Keluarga Bahagia, karena mereka semua tidak hanya teman, rekan, sahabat,  tetapi sudah mencair bagaikan keluarga saya sendiri. Suka duka kita tempuh bersama, saling mengingatkan satu sama lain dan saling pengertian dengan kelebihan dan kekurangan masing - masing "Makasih Anak Kompleks" kehadiran kalian mengisi hidup saya "hugs"...

Angin bertiup semakin kencang dan hawa kantuk sudah mulai datang  mendera, sekitar jam 02.00 dinihari, saya dan Kak Griska, memutuskan kembali ke tenda untuk istirahat disusul Arief dan Duo Mas Bram juga kembali ke tenda. Tapi ternyata begitu tiba didalam tenda, rasa kantuk sudah hilang. Saya dan Kak Griska jadinya hanya bolak - balik badan saja berharap bisa istirahat, ternyata tidak bisa juga hingga mendengarkan anak - anak tenda sebelah yang masih saja berisik hingga pagi. Saat pagi di Prau sempat muncul sunrise sebentar tapi kemudian hilang kembali tertutup kabut.


Tampak Gunung Sindoro dan Sumbing Didepan Tenda
 (Note : foto ini  dan 2 kebawah saya ambil 2 tahun lalu)
Ketika Sang Mentari Hendak Muncul
Golden Sunrise "Puncak Prau" dari depan tenda
Saya kemudian keluar menuju tenda Mas Danu untuk memasak makan pagi. Pagi ini benar-benar luar biasa kabut dan angin di Gunung Prau tidak kunjung usai. Kita bersepuluh tetap menikmatinya dengan happy sambil memasak bersama, moment yang sudah lama saya tunggu - tunggu dalam setiap pendakian. Kita memasak sarden, mie instan, nasi liwet, ikan asin dan minuman hangat kopi serta susu untuk sarapan. Kalau menurut saya pribadi sebuah perjalanan merupakan proses kehidupan menuju tempat itu, dengan siapa dan jika mendapatkan keindahan dari tempat itu adalah hadiah terindah alias "BONUS"


Memasak 1
Memasak 2
Makan bersama walau apa adanya, Mereka tetap bahagia...
Kabut tetap mendera
Guten Morgen,...
Coba Bayangkan di Tenda Kuning Ini Bisa Masuk 7 Orang hehehe...
Setelah semua sarapan, kita bersepuluh kemudian berjalan menuju tugu puncak Gunung Prau dan bukit teletubbies  sekedar untuk berfoto  dan melihat bunga - bunga Daisy, walau sekarang sudah mulai berkurang jumlahnya karena ramainya pendakian. Puas berfoto kemudian kembali menuju tenda untuk packing dan lain - lainnya lalu turun kembali menuju Patak Banteng. Ketika kembali menuju tenda rombongan anak - anak Semarang pamit kepada kita semua untuk turun lebih dulu, kita pun mengucapkan salam perpisahan dan mengingatkan mereka untuk selalu berhati - hati di jalan. Tak lupa next time, jika naik gunung harus membawa peralatan yang lengkap sehingga tidak menyusahkan pendaki lain. Ini semua kita ambil pelajaran atau pengalaman agar tidak menyepelekan dalam hal keselamatan di gunung, karena alam tidak boleh diremehkan.


Romantis Banget Kak Gris "Bikin Iri Ajaaa"
Pesan Moral
 "Jadilah Pejalan Yang Baik, Tahu Aturan, dan Bertanggung Jawab, Karena Itu Cerminan Dirimu"
Bunga Daisy atau Lonte Sore Bermekaran


Kak Griska dan Duo Mas Bram
Begitu semua telah beres merapihkan tenda dan packing dengan baik, tepat pukul 09.00 kita semua berkumpul dalam lingkaran untuk berdoa agar perjalanan turun lancar dan kembali dengan sehat, Aminn. Pakde, Bagus jalan lebih dulu, lalu Mas Bram dan Kak Griska, Mas Agung, Arief, saya dan Mas Bram, serta Mas Danu dan Kak Jane paling belakang. Dalam perjalanan turun ini, saya agak santai maklum kaki kanan harus dapat perhatian agar tidak sakit. Oh yaa untuk para pendaki dan sahabat pejalan "Bawahlah Turun Sampahmu" jika berkunjung ke suatu tempat baik gunung, pantai dan lain - lainnya. Jadilah Pejalan yang baik, tahu aturan dan bertanggung jawab, karena itu adalah cerminan dirimu. 
Masih Berkabut
Foto di depan tenda Mas Agung
Keluarga Bahagia "Anak Kompleks"
Kabut - Prau - Kita Pun Mencair Menjadi Satu
PERSAHABATAN
Dalam perjalanan turun saya yang membawa plastik sampah sisa makanan, sementara Mas Bram membantu membawakan tas kamera saya sejak awal hingga turun pendakian "Makasih Mas Bram" hehehe...:D, next time naik gunung lagi yaa jangan kapok...:D. Perjalanan turun tak lebih berisi canda tawa terus, obrolan dari gendhul, dhowor, solet, film dan lain - lainnya pokoknya hal - hal unik yang bikin perut sakit karena tak kuat menahan tawa. Apalagi pas diberitahu "kalau minum gak boleh langsung dari gendhul" sumpah kalau ingat hingga sekarang rasanya masih pengen ketawa terus. Baru kali ini saya bertemu sahabat pendakian yang lucu, humoris bagai pelawak, salah jurusan kayaknya Mas Bram nih hehehe...:p


Gunung Sindoro dan Sumbing
Pepohonan Gunung Prau
Jalan Turun, Harus Perlahan - lahan agar tidak terpeleset
Pos II Bersama Arief
Pos II Masih Tetap Berkabut
Perjalanan kita turun ditempuh lebih singkat sekitar 2,5 jam, sesekali beristirahat dan foto - foto, walaupun disambut kabut saya tetap enjoy dan selow dalam perjalanan turun ini. Serta bergantian jalur dengan pendaki yang naik dan menegur mereka untuk selalu berhati - hati. 

Sesampainya di Pos II saat turun saya, Mas Bram, Mas Agung  dan Arief beristirahat untuk menunggu Kak Jane, Mas Danu dan Kak Griska. Sambil menunggu saya pesan susu dan makan pisang goreng buat menganjal perut "ada gitu perut diganjal", aneh juga pengunakan kata saya ini hehehe...:D dan berbincang dengan beberapa pendaki dari Bogor.


Istirahat di Warung dibawah Pos II Bareng Kak Jane & Kak Griska
Mari kita lanjutkan perjalanan turun lagi, setelah menunggu mereka. Saya, Arief, Mas Agung dan Mas Bram langsung menuju Pos I masih terus sambil berfoto disetiap jalur, narsis banget yak jarang - jarang saya kayak gini "mumpung ada yang mengabadikan". Alhamdulillah setelah melewati kebun kentang, anak tangga perkampung Patak Banteng akhirnya tiba di Pos Pendakian. Saya langsung lapor ke petugas registrasi untuk melaporkan jika team kita yang sepuluh orang sudah turun kembali dengan selamat dan tak lupa membuang sampah pada tempatnya.


Perjalanan Turun Pos II - Pos I Masih Bareng Mas Bram, Mas Agung dan Arief
Saya, Pakde, Arief dan Mas Bram pulang lebih dahulu menuju rumah Eko, sedang rekan - rekan lain menyusul karena Arief dan Mas Agung harus balik lagi menjemput Kak Jane dan Mas Danu. Sesampainya di rumah Eko saya langsung mandi, sementara yang lain masih menunggu antrian kamar mandi. Setelah itu membuatkan rekan - rekan kentang goreng dan teh hangat, sebelum makan siang di warung Ibu Yati.  Sekalian bertemu dengan Mawski dan keluarga, serta mengantar Kak Jane dan Mas Danu yang akan menuju Jogjakarta dengan travel via Wonosobo dan Mas Bram yang akan kembali ke kampung halamannya di Purworejo dan dijemput oleh ayahnya.

Puas makan siang dengan kenyang dan berfoto bersama, lalu Kak Jane, Mas Danu dan Mas Bram pamit untuk melanjutkan perjalanan kembali. Sementara saya mengantar hingga mereka naik mikrobus menuju Wonosobo. Salam perpisahan disampaikan ke Mas Bram, Mas Danu dan Kak Jane untuk berhati - hati dijalan dan sampai jumpa Sabtu malam di Prawirotaman. Karena saya juga akan kembali menuju Jogjakarta.

Terima kasih buat Keluarga Bahagia "Anak Kompleks" atas trip pendakian ke Gunung Prau, mohon maaf jika masih ada kekurangan dalam hal persiapan. Sampai jumpa di pendakian selanjutnya, serta Keluarga Bapak, Ibu dan Eko yang sudah menampung saya, Pakde Dady, Mas Bram, Mas Agung, Bagus, Arief, Kak Griska, Mas Bram, Kak Jane dan Mas Danu selama di Dieng, semoga Allah SWT senantiasa memberi keberkahan untuk Keluarga Eko, aminn. 

Oh yaaa ada yang lupa  "Pendakian Gunung Prau ini special untuk Kak Jane ", jangan kapok ya kak, terima kasih juga sudah menjadi kakak buat saya "tempat curahan hati dalam banyak hal dari pertama kenal" dan tulisan ini saya persembahkan bersamaan Ulang Tahun Kak Jane  yang jatuh pada hari ini Sabtu, 30 Juli 2016. Untuk Mas Danu terima kasih sudah berhasil mengajak Kak Jane mendaki gunung, lekas sehat yaaa.... 


Kumpul Bersama di Warung Ibu Yati,
Sebelum Berpisah dengan Mas Bram, Mas Danu dan Kak Jane
Foto - Foto dan Vlog di blog ini juga hasil kolaborasi Keluarga Bahagia "Anak Kompleks", bisa add Facebook dan follow Instagram mereka juga loh....:*

1. Abraham Wartaningtyas @abrahamwartaningtyas
2. Agung Hari Wijaya @a9un9hari dan Sahabat Ransel @sahabatranselofficial 
3. Arief Triardi Nugroho @arieftriardi
4. Bagus Cahyono @subaguso
5. Bram Aditya @bramadity
6. Dadi Wiryawan @dadiwiryawan
7. Danu Triyanto @triyantodanu
8. Griska R. Gunara @griskagunara
9. Ika Soewadji @turissendaljepit
10. Jane Andika Anthrani @janeanthrani

Tips Menuju Gunung Prau - Dieng :

1. Menuju Dieng bisa di tempuh dengan Armada Bus dari Jakarta (seperti Rosalia Indah, Dieng Indah dan Sinar Jaya) kebetulan saya sempet mengunakan Armada Bus Rosalia Indah dengan tarif kelas eksekutif Rp. 130.000,-/orang mendapat 1 kali makan malam dan berangkat sore hari dari Jakarta tiba  pagi hari di Wonosobo atau cek di http://www.rosalia-indah.com/. Setelah itu turun dipercabangan menuju Dieng, lalu naik mikrobus tarif sekitar Rp. 15.000,-/orang lebih kurang 1 jam perjalanan, Sahabat Pejalan akan disuguhi pemandangan yang ciamik selama perjalanan, duduklah didepan dekat supir (ini pengalaman saya)

2. Jika menggunakan kereta bisa dari Stasiun Pasar Senen - Purwokerto (dengan Sawunggalih Pagi/Malam tarif kelas bisnis Rp. 180.000,-/orang atau kelas ekonomi bisa dengan Progo tarif Rp. 110.000,-/orang atau bisa di cek di https://tiket.kereta-api.co.id/

3. Untuk penginapan di Dieng banyak sekali, bisa mencoba Penginapan Lestari milik Pak Yanto mantan Kepala Desa. Bisa menghubungi beliau di 0852 - 2827 - 2404 atau penginapan Bu Jono melalui Mas Dwi 0853 - 1079 - 1967

4. Rental perlengkapan pendakian, rental mobil, sepeda motor dan penjemputan bisa menghubungi Pak Sabar 0852 - 2703 - 0127

5. Banyak sekali tempat makan di Dieng, tapi Sahabat Pejalan harus coba warung Mbak Yati yang terkenal dengan ayam goreng kampungnya plus sambalnya yang maknyuss, lokasinya tak jauh dari warung Bu Jono

6. Jangan lupa jika berkunjung ke Dieng untuk mencoba manisan buah Carica, Mie Ongklok, Tempe Kemul, Kentang goreng dan minum Purwaceng yang merupakan minuman khas Dieng.

Selesai..

Tunggu perjalanan "Anak Kompleks" selanjutnya  yaa...

 ÙˆَعَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ السَّلاَÙ…ُ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ ...















2 komentar:

  1. ika, makasih ya tulisannya. It was amazing days. love u!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa kak jane sama-sama, aku seneng banget bisa naik gunung bareng kak jane dan rekan-rekan lainnya :)

      Hapus

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...