Minggu, 13 Desember 2015

Jalan Jalan dan Menikmati Senja Ratu Boko

Entah ini sudah berapa kali saya berkunjung ke Keraton Ratu Boko, suasana masih sama hanya saya pergi dengan orang yang berbeda. Kali ini saya berkunjung dengan teman-teman Sergap yang kebetulan baru saja tiba di Yogyakarta. Komplek Keraton Ratu Boko adalah sisa peninggalan purbakala yang letaknya tidak jauh dari Candi Prambanan sekitar 3 Km diatas bukit, lokasi inilah yang menjadi favorit wisatawan untuk menikmati senja. Untuk datang kesini kira-kira pukul 16.00 sore dengan membayar tiket Rp. 25.000,- per orang.

Keraton Ratu Boko



Pintu Masuk Situs Ratu Boko




Melewati satu persatu bagian dari peninggalan purbakala ini, saya sangat terkagum. Luas Istana Ratu Boko kurang lebih 20 ha dan berada diketinggian 196 meter diatas permukaan laut. Lokasi situs ini sendiri berada di dua dukuh yaitu Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ratu Boko sendiri terlihat seperti pemukiman, namun belum diketahui secara jelas fungsinya sebagai apa. Keraton Ratu Boko diperkirankan sudah ada sejak abad ke 8 (delapan) pada Mangsa Syailendra (Rangkai Panangkaran) dari kerajaan Medang (Mataram Hindu).

Bangunan Keraton Ratu Boko sendiri ditemukan pertama kali oleh Van Boekholzt pada tahun 1790 dan seratus tahun kemudian tepatnya pada tahun 1890 oleh FDK Bosch mengadakan riset arkeologi tentang peninggalan purbakala yang terletak sebelah selatan Candi Prambanan dengan judul laporan : Kraton Van Ratoe Boko. 

Hal menarik yang bisa ditemukan disisa bangunan perbakala ini adalah Kombinasi Peninggalan Budha dan Hindu. Seperti halnya didekat kaputren terdapat stupa yang memang bentuknya sudah tidak utuh lagi melambangkan agama Budha, lalu ada lingga, yoni yang melambangkan Hindu, dengan bukti ini saja unsur-unsur toleransi antar umat beragama sudah tercipta untuk hidup saling berdampingan di masa itu.

Berdasarkan sumber prasasti Rangkai Panangkaran pada tahun 746 - 784 Masehi menyebutkan bahwa Keraton Ratu Boko merupakan Abhayagiri Vihara yang artinya Abhaya tidak berbahaya, Giri berarti gunung atau bukit, Vihara berarti asrama atau tempat. Abhayagiri Vihara berarti sebagai asrama para Bhiksu agama Budha yang terletak di atas bukit yang penuh damai, tempat menyepi dan fokus pada kehidupan spiritual. Selanjutnya pada tahun 856 Masehi, Abhayagiri Vihara berfungsi sebagai Keraton Walaing oleh Rakai Walaing Pu Khumbsyoni yang beragama Hindu. Sehingga ini yang menyebabkan bangunan Keraton Ratu Boko mempunyai 2 (dua) unsur agama yaitu Budha dengan Hindu.



Berdasarkan sisa-sisa bangunan yang saya lihat beginilah tata ruang Keraton Ratu Boko terbagi menjadi empat bagian tengah, barat, tenggara, timur.

- Bagian tengah terdapat : gapura utama, lapangan, candi pembakaran, kolam dan paseban

- Bagian barat terdapat : perbukitan

- Bagian Tenggara terdapat : tembok keliling kompleks, kaputren, reruntuhan stupa, dua kompleks kolam

- Bagian Timur terdapat : satu kolam, dua goa yaitu goa lanang dan goa wadon.

Beberapa bangunan di keraton ini seperti Paseban diperkirakan berfungsi sebagai ruang tunggu tamu untuk menemui raja. Kolam sendiri terbagi menjadi 2 bagian utara dan selatan yang hanya dipisahkan dinding pagar dan dihubungkan dengan gapura, terdapat tujuh kolam berbentuk persegi panjang, 5 kolam berukuran besar dan dalam, 2 kolam berukuran kecil dan dangkal. Untuk kolam selatan terdapat 28 kolam, ada 14 kolam berukuran besar berbentuk bundar, 13 kolam berukuran kecil berbentuk bulat dan 1 kolam berukuran kecil berbentuk segi empat.

Kaputren terdiri dari 2 buah batur dari batu andesit yang berdampingan utara dan selatan dengan menghadap ke barat. Batur selatan berukuran panjang 21,43 meter, lebar 22,70 meter dan tinggi 1,75 meter diatas lantai terdapat umpak berjumlah 84 yang diduga sebagai dudukan tiang kayu penyangga atap. Terdapat 2 goa yaitu lanang dan wadon kenapa dinamakan demikian karena terdapat relief alat kelamin laki-laki dan perempuan dan goa ini dipergunakan sebagai ruang bersemedi.



Jalan menuju kolam

Gapura

Kolam Bundar Besar

Kompleks Kolam

Kolam Segi Empat

Kaputren dengan 84 buah umpak
Goa Lanang
Setelah berjalan-jalan menyusuri Keraton Ratu Boko, mari menikmati senja terbenam disini. Keraton Ratu Boko merupakan salah satu view cantik saat sore di balik itu saya juga menikmati pemandangan Candi Prambanan dan perbukitan sekitar kawasan ini.






Tips Berkunjung ke Keraton Ratu Boko :
1. Karena cuaca yang panas saat pagi dan siang hari, disarankan memakai pakaian yang menyerap keringat
2. Memakai Topi
3. Buanglah sampah pada tempatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Petualangan Dari Sudut Pandang - Ika Soewadji -

  Tidak Menyangkal era perkembangan jaman saat ini, memudahkan aku sebagai pejalan untuk melakukan petualangan. Berpetualang bagi aku prib...